2 Anggota Tim DVI Polri ke Nepal untuk Identifikasi WNI

Tim DVI yang rencananya berangkat sore nanti ini dibekali data ante mortem milik 3 WNI yang menjadi korban gempa.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 13 Mei 2015, 14:11 WIB
Komunikasi terakhir kali dengan ketiganya pada 22 April 2015. Kala itu mereka mengabarkan, sudah sampai di Lama Hotel Langtang, Nepal.

Liputan6.com, Jakarta - Polri mengirimkan 2 anggota Tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk mengevakuasi dan mengidentifikasi 3 warga negara Indonesia (WNI) yang diduga menjadi korban gempa 7,9 SR di Nepal. 3 WNI tersebut hilang saat pendakian gunung di Nepal.

"2 orang ini adalah Kompol Eko Yunianto dari Biddokes Polda Sulawesi Selatan dan Kompol Faizal dari Biddokes Kepulauan Riau," kata Divhubinter Polri Kombes Pol Krisna Murti, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Krisna menjelaskan, keduanya diberikan masa tugas selama 7 hari. Akan tetapi, bukan tidak mungkin keduanya akan bertahan di Nepal dengan waktu yang lebih lama dan diperpanjang masa tugasnya sesuai perkembangan yang ada. Selama di Nepal, mereka bergabung dengan tim evakuasi di bawah koordinasi Kementerian Luar Negeri.

"Jadi tim ini bukan berdiri sendiri. Ini akan berkordinasi dengan otoritas di sana. Ya tugas utama mencari WNI yang menjadi korban," ujar dia.

Bawa Data Ante Mortem

Tim DVI yang rencananya berangkat sore nanti ini dibekali data ante mortem (data fisik korban sebelum meninggal, mulai dari pakaian atau aksesoris yang terakhir kali dikenakan, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas luka) milik 3 WNI yang menjadi korban gempa, yaitu Jeroen Huhawat, Kadek Andana, dan Alma Parahita.

"Setelah berkoordinasi dengan otoritas di sana untuk mengidentifikasi, setelah dipastikan, lalu langsung dibawa pulang," ucap dia.

Dia menuturkan, kedua anggota Tim DVI yang berangkat nanti juga sudah dipersiapkan untuk waktu yang cukup lama.

Pada Sabtu pagi, 25 April 2015 pukul 11.58 waktu setempat, Nepal diguncang hebat. Gempa berkekuatan 7,9 skala Richter. Akibatnya luar biasa. Sekitar 7.000 orang tewas.

Namun, para ahli memperingatkan, "Bahaya belum berlalu,” kata Kristin Morell dari University of Victoria, Kanada. "Himalaya adalah sabuk pegunungan yang sangat panjang dan ketegangan (strain) masih terus terbangun di kawasan lain, dari Pakistan hingga timur Tibet." (Mvi/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya