Ahok: Peristiwa Mei 1998 Coreng Muka Bangsa dan Negara

Gubernur DKI Jakarta Ahok mengaku tidak ingin peristiwa kerusuhan Mei 1998 kembali terjadi di Jakarta.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 13 Mei 2015, 14:31 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Ahok mengaku tidak ingin peristiwa kerusuhan Mei 1998 kembali terjadi di Jakarta. Sebab, peristiwa yang menghilangkan nyawa sejumlah aktivis dan mahasiswa itu merupakan sejarah yang mencoreng muka dan bangsa Indonesia.

"Bagi saya, itu (Peristiwa Mei 1998) adalah sebuah kejadian yang sangat mencoreng muka bangsa dan negara," kata Ahok di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (13/5/2015).

Pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama ini menambahkan, pendirian Prasasti Mei 1998 di TPU Pondok Ranggon, yang diresmikan pada hari ini, bertujuan untuk membuat masyarakat Indonesia tidak mudah melupakan kejadian berdarah 17 tahun silam.

Ia pun berharap, pendirian Prasasti Mei 1998 mampu mencegah terulangnya kerusuhan dan pembunuhan terhadap aktivis di Indonesia ke depannya.

"Kita ingin dengan ada monumen tersebut agar peristiwa Mei 1998 tidak terulang lagi. Apalagi di negara beradab ini, negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, itu sama sekali hal yang memalukan," tambah Ahok.

Tanggal 12 Mei 1998 tercatat dalam sejarah reformasi Indonesia sebagai tragedi Trisakti. Saat itu, 4 mahasiswa yang berupaya menumbangkan pemerintah Orde Baru tewas ditembak aparat.

Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Namun, sampai saat ini Tragedi Trisakti hanya mengadili sejumlah aparat Brimob yang masing-masing dihukum 34 bulan penjara. (Mut)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya