KSAL: Paling Baik Memagari Perairan dengan Kapal Patroli, Tapi...

Untuk menambah jumlah kapal patroli, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh TNI AL.

oleh Audrey Santoso diperbarui 14 Mei 2015, 10:30 WIB
Tindakan tegas pemerintah Indonesia terhadap para pelaku pencuri ikan agaknya belum membuat para pencuri ikan jera.

Liputan6.com, Jakarta - Wilayah perairan Indonesia berada di tengah jalur perdagangan dunia. Letaknya yang strategis ini menjadikan Indonesia rawan tindak kriminal lintas negara seperti penyelundupan manusia, barang ilegal, hingga narkoba.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan langkah paling baik untuk mencegah kejahatan masuk lewat perairan adalah memagari sepanjang garis pantai nusantara dengan kapal patroli.

“Negara kita itu rawan. Contohnya penyelundupan di Sumatera Barat bisa datang dari utara misalnya  India, Thailand, Malaysia. (Penyelundupan) di Kepulauan Riau bisa dari Vietnam atau Singapura. Yang paling bagus ya kita pagari, itu butuh kapal banyak,” terang Ade usai menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman TNI dan BNN di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 13 Mei 2015.

Ade membeberkan, AL pernah merumuskan maksimalisasi penjagaan wilayah air dengan pola pagar, butuh sekitar 500 unit kapal patroli dengan penempatan kapal di setiap jarak 30 mil dari bibir pantai. sejauh ini AL hanya bisa menargetkan pengadaan 44 kapal patroli jenis Offshore Patrol Vessel.

“Saat ini, kapal patroli ditargetkan minimal 44 unit. Kalau mau memagari perlu 500 kapal yang ditaruh setiap jarak 30 mil,” papar Ade.

Ade mengungkapkan untuk menambah jumlah kapal patroli, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh pihaknya. Mulai dari pengaturan operasi hingga kebutuhan bahan bakar.

“Bagaimana pengaturan operasinya di laut. Kita juga masih ketergantungan bahan bakar, ke sana-ke mari kan perlu bahan bakar. Itu harus cukup. Kemudian pola operasi lalu informasi intelijen harus bagus,” tutup Ade. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya