Liputan6.com, Jakarta Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk hidup sehat, sepertinya masih kurang. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, penyebab kematian tertinggi adalah stroke yang sebetulnya bisa dicegah dengan pola makan sehat.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE untuk melihat prevalensi (angka kejadian) stroke bisa dilihat di Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) seperti terjadinya peningkatan prevalensi stroke (dengan kriteria didiagnosis oleh tenaga kesehatan) dari 8,3 per 1000 pada Riskesdas 2007 menjadi 12,1 per 100 pada Riskesdas 2013 (Untuk stroke responden 15 tahun ke atas).
Prevalensi stroke menurut kelompok umur seperti berikut:
- Umur 15-24 th (0,2 per seribu)
Advertisement
- Umur 25-34 tahun (0,6 per seribu)
- Umur 35-44 tahun (2,5 per seribu)
- Umur 45-54 tahun (10,4 per seribu)
- Umur 55-64 tahun (24 per seribu)
- Umur 65-74 tahun (33,2 per seribu) dan
- Umur > 75 tahun (43, 1 per seribu)
Tjandra juga menyampaikan penelitian Balitbangkes yang bersifat kohort (sekelompok masyarakat diikuti terus-menerus selama nantinya lebih dari 10 tahun) di Bogor menunjukkan ada 41.590 kematian akibat stroke sampai akhir 2014.
"Jika diamati dari kecepatan munculnya penyakit, yang paling berbahaya adalah Diabetes Melitus (DM) lalu penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Namun penyebab kematian utama adalah stroke, jantung koroner dan diabetes," kata Tjandra melalui pesan elektronik yang diterima Liputan6.com, Kamis (14/5/2015).
Tjandra menerangkan, faktor yang dapat memprediksi terjadinya DM adalah kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, umur, obesitas sentral dan hipertensi. Sedangkan faktor yang memicu stroke adalah hipertensi, DM, dan jenis kelamin. Dan faktor yang memicu jantung adalah umur, aktivitas fisik, hipertensi dan jenis kelamin.