Liputan6.com, Jakarta Ada alasan mengapa kisah menembus ruang dan waktu populer di film genre sci-fi, mulai dari Back to the Future sampai Terminator.
Kita semua pernah merasa membuat keputusan yang salah, atau menyesal karena enggan melakukan sesuatu di masa lalu. Pastinya bukan hanya sekali-dua kali Anda berpikir "coba waktu itu saya…", "kenapa dulu saya tidak…" atau "seandainya saya waktu remaja…" dengan nada menyesal.
Advertisement
Usia saat baru lulus kuliah merupakan waktu dimana kita merasa bingung akan pilihan karir. Inilah usia dimana kita secara resmi memulai hidup mandiri, dan kerap dihadapkan dengan pilihan sulit, dan berbagai kesempatan di saat yang bersamaan.
Selama kurun waktu dua minggu, para pengguna LinkedIn mencatat apa yang ingin mereka katakan pada diri mereka di masa lalu, atau setidaknya, yang ingin mereka sampaikan pada mereka yang baru lulus kuliah. Juliet De Baubigny, yang bekerja sebagai rekan di Kleiner Perkins Caufield & Byers, dan Colin Shaw, CEO Beyond Phylosophy, mengungkapkan apa yang ingin mereka sampaikan pada diri mereka di usia 22. Dirangkum oleh BBC, Selasa (19/5/2015), inilah kisah mereka!
Kisah Juliet
Juliet De Baubigny
Pada usia 22, Juliet De Baubigny baru lulus kuliah dari kampusnya di Inggris, dan memulai karir di perusahaan Fortune 50. Hidupnya stabil di mata masyarakat, dimana pada usia itu ia sudah membeli mobil dan hidup mandiri. Kedua orangtuanya pun bangga. Namun, De Baubigny membenci hidupnya.
"Di universitas, dan seumur hidup, saya merupakan murip tipe-A yang selalu terlibat dalam menghubungkan orang-orang dan ide -baik itu klub, kegiatan amal, atau olahraga," tulisnya. "Saya menikmati setiap menitnya. Aspek terbaik dari itu, yaitu saya menciptakan kesempatan dan menghubungkan orang-orang.
Ia resign dari tempat kerjanya dan bekerja di pencari eksekutif, yang diakuinya merupakan keputusan yang menuruti kata hatinya. "Saya nekat pada saat itu. Namun, itu pilihan hebat yang menentukan karir dan hidup saya."
"Pada usia 22, Anda tidak akan mengalami banyak kerugian, jadi, hal terburuk apa yang bisa terjadi?" ia menanyalan. "Di usia berapapun, semua kesempatan terdengar menakutkan, terutama yang resikonya tinggi. Namun, apa yang saya ingatkan pada diri say adalah, semakin bertambah usia, akan semakin sulit untuk membuat keputusan nekat, karena semakin banyaknya tanggung jawab. Jika Anda ingin mengambil pekerjaan yang beresiko itu, belajar keterampilan baru, atau bahkan memulai perusahaan sendiri -sekaranglah saatnya."
Advertisement
Kisah Colin
Colin Shaw
"Pada usia 22, saya benci mendengar orang-orang berkata, 'kamu perlu pengalaman untuk peran ini'," begitu yang ditulis oleh Colin Shaw di postingannya: Berpengalaman tidak Menjamin Anda Kesuksesan. "Tapi sekarang, saya sadar bahwa mereja benar… Saya perlu pengalaman untuk membuat keputusan yang tepat. Shaw pun punya lima hal yang ingin dikatakan ke dirinya di masa lalu. Antara lain:
1. Lulus kualifikasi merupakan hal baik, namun tidak menjamin kesuksesan
Banyak orang-orang yang cerdas, namun gagal karena bekerja hanya separuh hati, "Menurut pengalaman saya, perekrut ingin orang-orang yang bertindak, bukan hanya bicara semata." Ia menuliskan. "Keterampilan kuncinya, adalah bisa mengaplikasikan kecerdasan Anda untuk pelaksanaan."
2. Tidak ada dari kita yang secerdas kita
Pada awal karirnya, Shaw merasa itu adalah tugasnya untuk tahu semua hal dan membuat semua keputusan. "Dari waktu ke waktu, saya belajar bahwa tugas saya adalah untuk menginspirasi orang lain, menciptakan lingkingan kerja, dan ruang untuk masing-masing melaksanakan tugasnya. Penting untuk mempekerjakan orang yang lebih pandai dari Anda karena mereka membuat tim lebih kuar dan organisasi lebih baik. Kita belajar dari satu sama lain dan membawa berbagai kekuatan ke meja. Dengan menggabungkan semuanya, kita bisa mencapai lebih banyak.
3. Bahasa tubuh berbicara banyak
Manusia punya kemampuan menangkap gestur dan bahasa tubuh sesamanya. "Apa yang dikatakan Anda dengan bahasa tubuh merupakan apa yang orang-orang dengar pertama kali," Begitu yang ditulis oleh Shaw. anda perlu waspada dalam bahasa tubuh di situasi sosial dan menyadari itu bisa membuat perbedaan besar. (Ikr/ret)
foto: Tom Hussey, seri Reflections