China Tekan Ekonomi Tumbuh 7% agar Orang Kaya Tak Bertambah

BPS menduga perlambatan ekonomi China tersebut dilakukan secara sengaja.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Mei 2015, 15:17 WIB
Ilustrasi Orang Kaya (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pemerintah China akan mempertahankan atau menjaga pertumbuhan ekonomi pada level 7 persen dari realisasi tahun-tahun sebelumnya yang menyentuh 10 persen.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, perlambatan ekonomi China tersebut dilakukan secara sengaja.

Pemerintah China mengumumkan ekonomi negaranya hanya tumbuh 7 persen pada kuartal-I 2015 setelah sempat menikmati pertumbuhan double digit hingga 14,2 persen.

Lembaga keuangan global International Monetary Fund (IMF) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan melambat ke level 6,8 persen tahun ini dan 6,3 persen pada 2016 setelah tahun lalu hanya tumbuh 7,4 persen.

"Terus terang saya melihat China memperlambat pertumbuhan ekonomi by design. China tumbuh 7 persen, dan saya kira akan jaga di kisaran itu," tegas Sasmito usai Konferensi Pers Neraca Perdagangan April di kantornya, Jakarta, Jumat (15/5/2015).

Menurut dia, jika pemerintah China mempertahankan pertumbuhan ekonomi di level 10 persen, ada kekhawatiran terjadi bubble (gelembung). "Nanti malah kebanyakan orang kaya baru," ucapnya.

Dari data BPS, ekspor non migas Indonesia ke China pada April 2015 sebesar US$ 1,17 miliar atau naik 6,28 persen dari realisasi Maret lalu sebesar US$ 1,10 miliar.

Sementara nilai ekspor non migas Indonesia ke Tiongkok sepanjang Januari-April 2015 anjlok 30,56 persen menjadi US$ 4,31 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 6,20 miliar.

Ekspor non migas Indonesia ke China tercatat nomor tiga terbesar dengan nilai US$ 4,31 miliar dan pangsa pasar 9,58 persen sepanjang Januari-April 2015. Sedangkan impor non migas ke Tiongkok ada diurutan nomor satu senilai US$ 9,85 miliar atau pangsa pasar 24,08 persen.(Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya