Banyak Tekanan, Sultan HB X Didoakan Jamaah Nahdliyin Mataram

Menurut Jamaah Nahdliyin Mataram, Sultan HB X tengah mendapat tekanan yang besar baik dari dalam maupun luar keraton.

oleh Yanuar H diperbarui 18 Mei 2015, 06:45 WIB
Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Jamaah Nahdliyin Mataram (JNM) mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sri Sultan Hamengku Bawono X) semoga diberi kesehatan selama menjadi Raja Keraton Yogyakarta. Terlebih saat ini, Sultan HB X tengah mendapat tekanan yang besar baik dari dalam maupun luar keraton.

Koordinator JNM Muhammad Alfu Niam mengatakan, ada berbagai pihak yang menggunakan kesempatan ini dalam kepentingan seperti politik. Agar dapat bebas dari banyak tekanan ini maka sebagai warga nahdiyin, ia mendoakan Sultan HB X dapat berpikirsehat dan diberi kesehatan.

"Di tengah-tengah banyaknya tekanan ini kami mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalogo Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa ing Ngayogyokarto Hadiningrat sebagai Kalifatullah Sayyidin Panotogomo, senantiasa dilimpahi oleh Allah berupa kesehatan, keteguhan, dan kekuatan untuk memimpin Mataram Islam, yang tetap berselaras dengan pemerintah Republik Indonesia," ujar Niam di Yogyakarta, Minggu (17/5/2015).

Niam menjelaskan, pihaknya juga menggelar aksi mendoakan Sultan di Tugu Golong Gilik Jogja Minggu (17/5) sore. Niam mengatakan jika aksi doa ini bertujuan agar Bumi Mataram yang merupakan tempat di mana Islam Jawa lahir, hidup, dan berkembang tetap lestari.

Apalagi, imbuh dia, Sultan HB X selama ini menjadi figur panutan yang menyatukan aspek lahir (dunia) dan batin (spiritual). Selain itu, gelar sang Raja sebagai Kalifatullah Sayyidin Panotogomo yang disatukan dengan Senopati Ing Ngalogo menjadi simbol perwujudan perpaduan antara Islam dan Jawa. Ritual Grebeg Maulud menjadi salah satu perwujudan perpaduan Jawa dan Islam.

Nilai Islam Jawa

"Islam Jawa adalah Islam yang rahmatan lil alamin, memberikan ruang hidup bagi kehalusan budi, tapi juga memberikan jalan bagi pikiran. Jawa dipikul, Islam digendong. Terjadi perpaduan dan akulturasi antara Jawa dan Islam. Hal-hal yang baru diselaraskan dengan tidak meninggalkan yang lama," urai Niam.

"Nilai-nilai Islam Jawa terbukti menjadi pengayom terhadap berbagai kelompok, sehingga meskipun satu sama lain, mungkin bertolak belakang, tetapi tetap diterima untuk hidup bersama, dan saling menghargai, maka di sinilah jogja menjadi Istimewa," sambung dia.

Niam juga mengajak kepada kelompok jaringan tertentu yang ingin menjadikan Mataram Islam-Jawa diubah fondasinya sebagai Mataram yang bukan Islam-Jawa, untuk segera kembali ke jalan yang benar sesuai dengan dunia batin dan sejarah keraton Mataram. Ia meminta kepada jaringan itu untuk segera menempuh jalan berbudi dengan tidak mengkhianati persahabatan dan untuk segera bersama kembali menjaga  keharmonisan yang telah terjalin baik selama ini.

"Seruan ini dibuat sebagai tanggung jawab kami, sebagai bagian dari generasi Islam-Jawa yang menyadari pentingnya peninggalan leluhur, tetapi juga tidak kehilangan penglihatan ke depan dan kemajuan," ujar Niam.

Sebelumnya, Sri Sultan HB X mengeluarkan Sabda Raja dan Dawuh Raja. Sabda Raja yang dikeluarkan pada 30 April 2015 berisi mengenai perubahan gelar Sultan.

Sedangkan Dawuh Raja yang dikeluarkan pada 5 Mei 2015 di Siti Hinggil berisi mengenai perubahan gelar putri pertamanya yaitu Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Sabda Raja dan Dawuh Raja menimbulkan pertentangan terutama adik-adik Sultan HB X. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya