Kota Ramadi Dikabarkan Jatuh ke Tangan ISIS

"Kami sudah membersihkan Kota Ramadi," demikian pernyataan yang diduga berasal dari ISIS.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Mei 2015, 11:39 WIB
Pasukan pemerintah tinggalkan Kota Ramadi. (BBC)

Liputan6.com, Anbar - Kota Ramadi, Irak, jatuh ke tangan kelompok ISIS. Hal itu terjadi setelah ditarik mundurnya pasukan pemerintah Irak.

Sesudah berhari-hari pertempuran sengit, polisi dan militer mundur dalam keadaan kacau-balau. Namun AS masih menyangkal dan mengatakan bahwa situasinya simpang siur dan terlalu dini untuk membuat pernyataan definitif.

Ramadi adalah ibukota provinsi Irak terbesar, Anbar, dan jaraknya hanya 112 km di barat Baghdad, Turki. "Kami sudah membersihkan Kota Ramadi," demikian pernyataan yang diduga berasal dari ISIS seperti dikutip dari BBC, Senin (18/5/2015).

ISIS juga disebutkan telah mengambil alih pangkalan militer Brigade ke-8, lengkap dengan tank dan peluncur rudal yang ditinggalkan tentara.

Seorang sumber BBC di kantor Gubernur Anbar menyebut, Ramadi kini sepenuhnya telah dikuasai ISIS. Semua prajurit pemerintah juga dikabarkan sudah ditarik mundur.

Perdana Menteri Haider al-Abadi memerintahkan tentara untuk tetap berada di tempat, dan mengatakan ia telah mengirim milisi Syiah ke kota itu.

Kehabisan Amunisi

Seorang perwira militer menegaskan sebagian besar tentara telah ditarik mundur, ke sebuah pangkalan militer di Kota Khalidiya, arah timur dari Ramadi.

"Tentara pemerintah juga dilaporkan kehabisan amunisi dan tak mampu membendung serangan besar-besaran ISIS," kata perwira yang tak bisa disebut namanya itu.

Menurut gambar-gambar video yang beredar di media sosial, terlihat kendaraan militer dengan tentara bergelantungan di kedua sisinya. Mereka disebutkan tengah meninggalkan Ramadi.

Dari laporan yang beredar, tentara Irak menyingkir menyusul serangan-serangan bom bunuh diri dengan mobil, Minggu 17 Mei 2015. Empat serangan bom yang hampir bersamaan dilancarkan terhadap polisi yang mempertahanan kawasan Malaab di selatan Ramadi.

"Tak berapa lama kemudian, tiga serangan bom bunuh diri dilancarkan dengan mobil penuh berisi peledak, yang ditabrakan ke gerbang markas besar militer provinsi itu, Komando Operasi Anbar," papar seorang perwira.

Sebelumnya PM Haider el-Abadi menyerukan pasukan-pasukan pro pemerintah untuk tetap di posisi masing-masing, dan mempertahankan Ramadi. Serta tak membiarkan ISIS merebut kawasan lebih luas di Ramadi.

"Terdapat perlindungan udara yang berkelanjutan untuk membantu pasukan darat mempertahankan posisi mereka, sambil menanti bantuan dari pasukan lain dan Unit-Unit Mobilisasi Rakyat," kata PM Haider el-Abadi mengacu pada milisi Syiah.
 
Kelompok milisi Syiah ini memainkan peran besar dalam pengambil-alihan kembali kota Tikrit dari ISIS, namun ditarik dari kota itu setelah ada laporan tentang penjarahan dan meluasnya kekerasan.

Wartawan BBC, Ahmed Maherb, melaporkan dari Baghdad, jatuhnya Ramadi merupakan pukulan besar bagi pemerintah. Namun Pentagon mengatakan, kendati ISIS dalam posisi unggul, masih terjadi pertempuran di Ramadi.

Wakil Ketua parlemen Anbar, Faleh al-Issawi, mengatakan kepada BBC bahwa lebih dari 500 orang tewas dalam dua hari terakhir pertempuran di Ramadi dan sekitarnya. Termasuk sejumlah polisi yang terjebak setelah kehabisan amunisi dan warga sipil yang terperangkap dalam baku tembak.

Dan menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sekitar 8.000 orang telah mengungsi selama periode yang sama. (Tnt/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya