Liputan6.com, Canberra - Ribuan laba-laba kecil menghujani kawasan Southern Tablelands, Australia. Rumah-rumah warga tak hanya dipenuhi makhluk-makhluk yang bisa bikin merinding itu, tapi juga ditutupi jaring hasil karya hewan Arachnida tersebut.
Insiden tersebut adalah contoh dari fenomena yang disebut 'spider rain' atau hujan laba-laba, atau 'angel hair' -- yang merujuk pada benang mirip sutra yang ditinggalkannya.
Seorang warga, Ian Watson mendeskripsikan cuaca aneh yang menaungi lokasi tempat tinggalnya saat insiden terjadi dalam laman Facebook. Diawali mendung.
"Apakah ada yang mengalami 'angel hair' atau jutaan laba-laba jatuh dari langit saat ini? Rumahku berjarak sekitar 10 menit dari kota, dan dari sini kami bisa menyaksikan ratusan laba-laba kecil jatuh lalu mengambang di jaringnya. Rumahku ditutupi sarang laba-laba. Seseorang, tolong hubungi ilmuwan!," demikian ditulis Watson di laman Facebook Goulburn Community Forum.
Rick Vetter, pensiunan ahli laba-laba dari University of California, Riverside mengatakan, Watson dan para tetangganya mungkin menyaksikan bentuk transportasi laba-laba yang disebut 'ballooning'.
"Balloning bukan perilaku yang tak biasa di kalangan laba-laba," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (19/5/2015). "Mereka memanjat ke lokasi yang tinggi dan menunggingkan pantat ke udara, melepaskan jaring. Lalu take off," kata dia. "Itu terjadi di sekitar kita sepanjang waktu. Kita hanya tak menyadarinya."
Laba-laba memang hobi terbang. Sebelum melepaskan jaring dan melayang ribuan kilometer, hewan tersebut mengecek kondisi cuaca seperti halnya pilot manusia sebelum menerbangkan pesawat.
Laba-laba mempertimbangkan timbal balik antara kecepatan angin dan sinar matahari. Mereka lebih senang terbang di cuaca berawan pada musim gugur dan musim semi.
Advertisement
Namun, mengapa laba-laba terbang secara bersamaan hingga menimbulkan fenomena mirip hujan? Todd Blackledge, dosen biologi di University of Akron, Ohio mengatakan, adalah pemandangan tak biasa jutaan laba-laba terbang padawaktu yang bersamaan.
Dia menambahkan, hujan laba-laba mungkin terjadi ketika kelompok laba-laba siap melakukan balloning, namun terhambat faktor cuaca, misalnya. "Sehingga saat cuaca berubah ke kondisi yang tepat melakukan balloning, mereka melakukannya secara bersamaan," kata Blackledge kepada LiveScience.
Warga Goulburn dan wilayah sekitarnya sempat panik saat laba-laba kecil berjatuhan dari langit. Namun, baik Blackledge maupun Vetter mengatakan, hewan-hewan itu tak berbahaya bagi manusia.
"Ada sejumlah spesies berukuran kecil, berbisa, dan bisa berbahaya bagi manusia. Meski demikian, laba-laba yang belum dewasa masih terlalu kecil untuk punya kekuatan menggigit," kata Blackledge.
Meski demikian, laba-laba berjumlah besar bisa merusak tanaman, menutupi daun dengan jaring sehingga tak mendapat cukup cahaya," kata Vetter.
Watson mengatakan, laba-laba berukuran kecil bisa tersangkut di rambut yang ada di wajah manusia. "Tak mungkin keluar rumah tanpa lolos dari jaring laba-laba," kata dia. "Termasuk di janggut saya."
Tak hanya laba-laba, hewan-hewan lain juga berjatuhan dari langit. Salah satunya, kodok.
Ini fakta: kodok memang menghujani Odzaci di Serbia pada 2005. Juga ada hujan ikan di kawasan tandus Lajamanu, Australia pada 2010. Juga hujan kodok kecil di Nanao dan Hakusan di Jepang pada tahun 2009. Namun penyebab pasti insiden tersebut belum diketahui.
Awalnya diduga itu ulah burung. Sementara, para ilmuwan skeptis tentang hujan hewan itu. Namun, ada satu penjelasan sederhana oleh fisikawan Prancis di abad ke-19: bahwa angin kencang mengangkat dan lalu menjatuhkan hewan-hewan kecil itu.
Sebuah teori yang sedikit lebih kompleks melibatkan 'puting beliung' -- sebuah tornado yang melintasi kolam atau danau, mengisap hewan-hewan air. Ikan-ikan bisa ditarik oleh pusaran dan dijatuhkan di manapun beliung kehabisan daya. (Ein/Tnt)
Baca Juga