Liputan6.com, Jakarta Skorsing bukanlah hukuman yang tepat bagi murid yang tertangkap basah mengolok-olok (bullying) teman-temannya. Hukuman yang lebih tepat bagi anak yang melakukan hal tersebut adalah berupa aktivitas fisik.
"Suruh saja anak-anak yang suka mem-bully itu keliling lapangan bola beberapa putaran. Karena anak yang suka mem-bully biasanya kurang olahraga," kata Psikolog Sosial, Elizabeth Santosa dalam diskusi `Indonesia SeGar: Bangun Generasi yang Brrrgerak!` di Jakarta, ditulis Kamis (21/5/2015).
Advertisement
Menurut Elizabeth, aktivitas fisik memiliki korelasi negatif terhadap depresi. Semakin banyak melakukan aktivitas fisik atau olahraga, semakin rendah peluang mereka untuk depresi dan melakukan hal-hal semacam ini.
"Dari sejumlah penelitian disebutkan, remaja yang tidak suka olahraga akan mengalami gangguan kecemasan, kemampuan sosialnya rendah, selalu bermasalah di rumah dan sekolah, dan memiliki perilaku agresif," kata dia menerangkan.
Menurut Elizabeth, bergerak aktif atau olahraga tidak hanya bermanfaat untuk mencegah seseorang dari penyakit berbahaya saja, melainkan juga baik untuk kesehatan mental.
"Trimbus Institute di Belanda yang meneliti 7.000 remaja berusia 11 sampai 16 tahun, menemukan korelasi yang kuat antara olahaga dengan kesehatan mental," kata Elizabeth menambahkan.
Selain itu, lanjut dia, bergerak aktif setiap hari dapat meningkatkan konsentrasi yang dapat menunjang prestasi, kreativitas, kemampuan menyelesaikan masalah, serta senantiasa berpikir positif sehingga mampu mengendalikan stres.