Selamatkan Ribuan Pengungsi Rohingya, Indonesia Dipuji AS

Menurut Blinken, keputusan menyelamatkan pengungsi Rohingya yang sempat terombang-ambing di laut lepas patut dipuji.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 21 Mei 2015, 05:41 WIB
Ratusan imigran Rohingya berada di Gedung Olahraga (GOR) Lhoksukon, Aceh, Senin (11/5/2015). Sekitar 500 migran terdampar di pantai Aceh setelah terapung-apung di laut selama sebulan karena kehabisan bahan bakar. (REUTERS/Roni Bintang)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam lawatannya ke Jakarta, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken angkat bicara terkait datangnya ribuan pengungsi Rohingya ke sejumlah negara di Asia Tenggara.

Menurut Blinken, langkah yang diambil Indonesia atas masalah Rohingya sudah tepat. Bahkan, keputusan menyelamatkan pengungsi Rohingya yang sempat terombang-ambing di laut lepas patut dipuji.

"Kami mengapresiasai langkah yang telah dilakukan Indonesia," ucap Blinken di Pusat Kebudayaan AS @america, Jakarta, Rabu (20/5/2015).

"(Indonesia) telah menyelamatkan orang (Rohingya) yang ada di laut dan menampung mereka di Indonesia dan mereka bisa selamat," sambung dia.

Meski demikian, langkah menyelamatkan serta memberi tampungan kepada Rohingya tidaklah cukup. Mesti ada solusi jangka panjang dan permanen terkait masalah Rohingya.

Solusi ini, kata pria keturunan Yahudi tersebut, tidak hanya melibatkan negara tujuan, tetapi turut menggandeng negara asal dari pengungsi, termasuk Myanmar.

"Solusi jangka panjang ini untuk mengubah kondisi mereka mengorbankan jiwa mereka dan itu yang akan kita bicarakan besok di Myanmar," terang dia.

Rabu kemarin RI dan Malaysia telah menyetujui untuk menampung ribuan pengungsi Rohingya. Keputusan diambil setelah diadakan pertemuan antara Menlu Indonesia, Thailand dan Malaysia.

Dari keterangan sejumlah lembaga internasional, jumlah pengungsi Rohingya di Tanah Air sekitar 2.000 jiwa. Mereka mayoritas berasal dari Myanmar dan sebagian kecil dari Bangladesh.

Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.

Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.

Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar meski telah tinggal beberapa generasi di negara yang dulunya bernama Burma tersebut. Praktis, mereka sulit mendapatkan pekerjaan, sekolah ataupun jaminan kesehatan. (Ado)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya