Hasil Uji Lab, Beras Plastik di Bekasi Mengandung 3 Bahan Kimia

Beras palsu yang mengandung plastik itu tak dapat dicerna oleh lambung.

oleh Thariq Gibran diperbarui 21 Mei 2015, 14:09 WIB
Situs video LiveLeak yang pertama kali menyebarkan adegan pembuatan beras plastik ke warga dunia.

Liputan6.com, Bekasi - Dua sampel beras yang beredar di Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, dipastikan palsu. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang diumumkan PT Sucofindo diketahui, beras-beras tersebut mengandung 3 bahan kimia berbahaya.

"Kami melakukan uji laboratorium dengan alat yang sensitif dan profesional. Beras ini dibedakan sampel 1 dan 2, secara fisik hampir sama. Hasilnya ada suspect, kandungan yang biasa digunakan untuk membuat bahan plastik," ujar Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo, Adisam ZN, kepada Liputan6.com di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/5/2015).

Adisam mengaku ada senyawa plasticizer penyusun plastik yang ditemukan dalam beras tersebut. Antara lain Benzyl butyl phthalate (BBP), Bis(2-ethylhexyl) phthalate atau DEHP, dan diisononyl phthalate (DIN).

"Senyawa plasticizer ini biasa digunakan untuk melenturkan kabel atau pipa plastik," ujar dia.

Dia menjelaskan, pengujian ini dilakukan menggunakan alat spektrum infrared untuk melihat apakat terdapat senyawa polimer seperti plastik dalam beras tersebut. Hasilnya, kata dia, terdapat senyawa yang identik dengan polimer. "Beras alami, tidak mengandung senyawa-senyawa seperti ini," kata Adisam.

"Ada senyawa lain dalam kandungan beras tersebut yang sengaja dicampur. Kami menduga, ada kesengajaan memasukkan senyawa lain yang dicampur dengan beras," ucap dia.

Adisam memaparkan, beras palsu itu tak dapat dicerna oleh lambung. Dan bila dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan kanker. Hal ini sudah pernah diuji pada tikus.

Di Eropa, senyawa ini bahkan sudah dilarang digunakan dalam komponen mainan anak. Apalagi untuk bahan makanan.

Meski begitu, sambung dia, kandungan protein beras yang mengandung plastik tersebut tercatat sangat tinggi, yakni 7, 38 persen untuk sampel satu dan sampel dua sebesar 7, 68 persen. (Ndy/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya