Mengharukan, Tarian Terakhir Anak Bersama Ibu Penderita ALS

Seorang pemuda mengajak ibunya menari bersama walaupun ibunya harus menggunakan kursi roda.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 25 Mei 2015, 20:07 WIB
Seorang pemuda mengajak ibunya menari bersama walaupun ibunya harus menggunakan kursi roda. (Foto: YouTube)

Liputan6.com, Jupiter - Seorang pemuda mengajak ibunya menari bersama walaupun ibunya harus menggunakan kursi roda. Luke, pengantin pria itu, merelakan diri bersimpuh dekat ibunya supaya bisa menari bersama. Dalam penjelasan video yang belum lama ini diunggah ke YouTube itu disebutkan bahwa ibunya menderita amyotrophic laterals sclerosis, disingkat ALS, sehingga tubuh ibunya lunglai.

Kristeena Rheault, pengantin wanita, menceritakan bahwa inilah saat membahagiakan terakhir bagi calon ibu mertuanya, yang meninggal beberapa saat kemudian. Dalam tayangan itu, segenap pengunjung terlihat hanyut dalam haru.

Laman alsa.org menulis, ALS adalah penyakit rusaknya syaraf secara progresif yang menyerang sel-sel syaraf di otak dan syaraf tulang belakang. Sebagai akibatnya, otot-otot gerak tidak mendapatkan perintah gerak dan tidak mendapatkan kiriman gizi. Otot-otot itu kemudian menjadi layu.

Bagian-bagian syaraf yang rusak itu kemudian menebal. Selain itu, ketika neuron-neuron mati, otot-otot bisa saja bergerak sendiri tanpa terkendali sehingga penderitanya tidak bisa bicara, makan, minum, bahkan bernapas. Gerakan-gerakan tidak terkendali ini bisa juga menyebabkan penderitanya kesulitan menggunakan telepon genggam atau mendadak terjatuh.

Penyakit ini diungkapkan pertama kalinya oleh seorang ahli syaraf Prancis, Jean-Martin Charcot, pada tahun 1869. Setelah berkembangnya pengetahuan tentang penyakit ini, sekarang sudah ada riluzole, obat yang telah disetujui untui dipakai memperlambat ALS. Hanyas saja, obat itu bukanlah penyembuhan.

Namun demikian, suatu penelitian di bawah Practice Paramater Update oleh American Academy of Neurology menunjukkan bahwa pendekatan multidisiplin dapat membantu meningkatkan mutu kehidupan dan memperpanjang usia penderita.

Penyakit itu lazim menyerang penderita berusia 40 hingga 70 tahun. Anehnya, para veteran militer dua kali lebih banyak mengalami penyakit ini dibandingkan dengan warga sipil.

Sejumlah tokoh diketahui mengidap penyakit ini, termasuk pemain bisbol Lou Gehrig. Penyakit ini kemudian juga dikenal dengan “penyakit Lou Gehrig”. (Alx/Ans)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya