Liputan6.com, Sigi Nama Pue Bongo sudah tak asing bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Namun kenyataannya, kondisi makam raja itu justru terlantar. Bahkan upaya pemeliharaan hanya dilakukan seadanya oleh warga sekitar.
Pue Bongo merupakan Raja Bangga, di mana kini lokasi kerajaan itu dijadikan nama desa, yaitu Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi (sekira 43 kilometer dari batas wilayah Kota Palu).
Advertisement
Saifudin memaparkan beberapa keturunan Pue Bongo lahir dan berjaya sebagai raja di pelbagai daerah di Sulawesi Tengah, di antaranya raja Lamakarate dan Djanggola. Tentu Pue Bongo termasuk nenek moyang dari Gubernur Sulawesi Tengah saat ini, Longki Djanggola.
"Kami kurang tahu tahun berapa Pue Bongo wafat. Kami hanya tahu sejarahnya beliau wafat karena faktor usia. Proses berjalannya waktu, sekitar tahun 1985 silam baru saya saksikan makam Pue Bongo diberi tanda dengan batu nisan dan pondasi keliling oleh orang-orang tua saat itu. Kemudian sekitar tahun 1997, warga Desa Bangga atas bantuan pengunjung makam dari Kota Palu mulai membangunkan makam tersebut seadanya hingga berdiri bangunan makam. Sementara perbaikan terakhir dilakukan tahun 2005 lalu," jelasnya.
Namun belum adanya campur tangan pemerintah sampai sekarang membuat kondisi makam Pue Bongo kian terbengkalai. Padahal makam Pue Bongo merupakan salah satu tujuan wisata budaya di Kabupaten Sigi, dimana penjunjungnya mayoritas berasal dari luar Sigi.
"Contohnya pagar kayu yang mengelilingi makam dibangun dengan dana suka rela dari pengunjung beberapa tehun lalu. Tapi sekarang kondisinya sudah rusak akibat gangguan ternak. Sementara warga belum mampu mendanai perbaikannya," kata Saifudin.
Ia mengaku pihak pemerintah desa akan kembali mengusulkan permohonan bantuan pemeliharaan makam bersejarah tersebut. "Kami juga berinisiatif akan mengusulkan pembangunan taman di areal makam guna menarik lebih banyak pengunjung. Itu semua insyaallah bisa terwujud jika minimal ada bantuan pemerintah," tutupnya.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi, Zainuddin mengakui, makam Pue Bongo dan sumur Silamu merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Sigi yang ditargetkan bakal dikembangkan.
"Kendala utama memang soal keterbatasan anggaran. Sehingga pengembangan maupun pemeliharaan situs cagar budaya di Sigi harus bertahap. Namun rencananya tahun ini kami melakukan survei sekaligus pendataan situs-situs cagar budaya yang jadi prioritas dikembangkan. Sekarang tim survei sementara proses pembentukan dan kemudian kami laporkan ke pemerintah pusat," tanggap Zainuddin.
Menurutnya hasil pendataan itu pun akan dilaporkan ke pusat dengan harapan ada bantuan anggaran dari sana. "Disbudpar Sigi telah beberapa kali meninjau lokasi makam Pue Bongo. Tapi terkait realisasi pengembangannya, insyaallah jika tidak ada halangan kami rencanakan di tahun depan," imbuhnya. (Dio Pratama/ret)