Menteri Yohana: Budaya Patriarki, Rentan Kekerasan Perempuan-Anak

Menteri Yohana Susana Yembise mengupas soal kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta berbincang mengenai kesetaraan gender.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 22 Mei 2015, 20:37 WIB
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise. (Sendi Setiawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise melihat Indonesia masih sangat rentan terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Bahkan dia menyatakan, Indonesia bagian timur memiliki kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang cukup beragam.

"Saya justru melihat Indonesia timur seperti Papua, Maluku, dan NTT tingkat kekerasan perempuan anaknya cukup tinggi. Bahkan di NTT yang paling besar itu trafficking (perdagangan manusia. Ini juga karena budaya patriarki yang melekat di negara kita," ujar Yohana dalam wawancara khusus yang dipandu Farhannisa Nasution di kantor redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Jakarta Pusat, beberapa hari lalu.

Menteri Yohana juga mengupas soal kesetaraan gender. Bahkan, ia berharap perempuan dapat mengambil bagian lebih dalam posisi dan jabatan pemerintahan. Termasuk harapan semakin banyak perempuan ambil andil di legislatif untuk menyuarakan isu perempuan dan anak.

Menteri asal Manokwari, Papua itu menambahkan, dalam jangka panjang, dirinya mendorong kesetaraan gender terjadi di institusi dalam masalah kuota. Dia berharap yang selama ini hanya 30% dapat meningkat menjadi 50% perempuan di kursi pemerintahan.

"Selama ini kan 30-70 kan, bahkan sampai saat ini juga sepertinya belum mencapai 30%. Dan sebentar lagi Indonesia akan menuju kesetaraan gender pada 2030. Saya berharap dapat menjadi fifty-fifty," ucap Yohana.

Selengkapnya simak wawancara khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise dalam video di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya