Beras Plastik Bikin Omzet Pedagang Anjlok Rp 240 Juta/Hari

Pedagang dan pengusaha beras merasa dalam posisi sebagai korban dalam kasus penemuan beras plastik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mei 2015, 14:20 WIB
Situs video LiveLeak yang pertama kali menyebarkan adegan pembuatan beras plastik ke warga dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang dan pengusaha beras merasa dalam posisi sebagai korban dalam kasus penemuan beras plastik yang menggegerkan masyarakat ini. Akibat pemberitaan tersebut, pedagang beras mengalami penurunan omzet cukup signifikan selama sepekan terakhir. 

Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Soekidi mengeluhkan sikap masyarakat yang menuding peredaran beras plastik berasal dari para pedagang dan pelaku usaha beras nakal yang ingin mengeruk keuntungan semata. 
 
"Kalau orang nyampur beras dengan plastik, tujuannya apa. Wong ongkos bijih plastik saja lebih mahal dari harga berasnya, kalau dicampur ya kami yang rugi, risiko ditinggal konsumen. Tapi semua menyalahkan tukang beras, dan kami ini jadi korban beras plastik," kata dia saat ditemui di DoubleTree By Hilton Jakarta, Sabtu (23/5/2015). 
 
Nellys mengaku, pengusaha beras terkena imbas dari isu beras plastik, khususnya penjualan beras dan omzet. Paling penting, masalah beras plastik memberi dampak psikologis cukup berat bagi pelaku usaha beras. 
 
"Jujur saja pelaku usaha dibidang beras ada penurunan kepercayaan dari masyarakat. Dan ini larinya ke omzet dengan penurunan 30 persen per hari dari total penjualan beras. Misal tadinya bisa laku 100 ton beras, sekarang cuma 70 ton jadi susutnya 30 ton," jelasnya. 
 
Dari sisi nilai, sambung dia, untuk 100 ton beras setara dengan Rp 800 juta. Jika diitung dengan asumsi ini, anjloknya penjualan beras per hari sekira Rp 240 juta, namun itu angka yang berbeda-beda masing-masing pengusaha.  
 
"Karena enggak ada yang beli dan kami tetap harus bayar gaji karyawan. Kami enggak mungkin sengaja mix beras dengan plastik, kan yang makan beras bukan cuma konsumen tapi saya juga," ujar Nellys. 
 
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menambahkan, pedagang pasar tradisional ikut dirugikan mengingat kejadian ini membuat orang beralih belanja ke pasar modern. 
 
"Kalau enggak lari ke pasar modern, ya konsumen menurunkan pembelian. Biasanya beli karungan jadi cuma liter-literan saja. Padahal enggak semua pedagang pasar tradisional nakal dan jual beras plastik," tutur dia.  (Fik/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya