24-5-1514: Wafatnya Sang Penggugat 'Bumi Sebagai Pusat Semesta'

Nicolaus Copernicus meninggal dunia setelah menerbitkan karyanya yang kontroversial: De revolutionibus orbium coelestium.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Mei 2015, 06:00 WIB
Nicolaus Copernicus, Bapak Astronomi Modern (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Nicolaus Copernicus terbaring koma di ranjang, hanya beberapa jam setelah menerima salinan karya-karyanya yang dirangkum dalam 6 buku. Hari itu juga, 24 Mei 1543, ia menghembuskan nafas terakhir pada usia 70 tahun.

Pria Polandia itu meninggal di tahun yang sama dengan penerbitan karyanya yang kontroversial di masanya: On the Revolutions of the Heavenly Spheres (De revolutionibus orbium coelestium), tentang perputaran bola-bola langit. 

Copernicus mengeluarkan klaim bahwa Bumi lah yang berevolusi terhadap Matahari, bukan sebaliknya.

Apa istimewanya pengetahuan dasar level sekolah dasar (SD) itu?

Pada tahun 1500-an, di mana ia berada, setiap manusia terdidik di Eropa yakin benar bahwa Matahari dan planet-planet berputar mengelilingi Bumi. Bahwa planet yang dihuni manusia adalah pusat alam semesta. Semua teks astronomi, pemahaman kitab suci, semua mengatakan demikian. Tak bisa digugat!

Kemudian, Copernicus muncul. Ia menantang teori yang telah mapan dengan mengatakan bahwa planet-planet lah yang bergerak mengelilingi Matahari.

Meski apa yang ia pahami saat itu tak sepenuhnya benar, pembangkangannya membentuk dasar yang kuat bagi para ilmuwan masa depan untuk membangun dan meningkatkan pemahaman manusia terhadap benda-benda langit. Tentang Bumi yang hanya setitik debu tak berarti yang mengorbit sebuah bintang di alam semesta yang tak terukur luasnya.

Nicolaus Copernicus, Bapak Astronomi Modern (Wikipedia)


Bahwa bumi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta. Bukan pusat apapun di jagat raya.

"Ia (Copernicus) meletakkan Bumi pada tempatnya yang benar. Tidak ajeg, diam sebagai pusat alam semesta seperti anggapan saat itu," kata Dava Sobel, penulis  'A More Perfect Heaven: How Copernicus Revolutionized the Cosmos' seperti Liputan6.com kutip dari situs NPR.

Copernicus membantah ajaran Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Ia menyangkal  apa yang dianggap sebagai 'fakta' bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat, sedangkan Bumi tetap tidak bergerak.

Sejak 1514, Copernicus mulai membagikan buku dengan tulisan tangan tentang teorinya itu pada rekan-rekannya. Namun, kecemasan membayangi benaknya. Itu yang membuatnya menunda publikasi karyanya selama 3 dekade -- hingga menjelang akhir hayatnya.

Karya Nicolaus Copernicus, De revolutionibus orbium coelestium (Wikipedia)


Ironisnya, mungkin kematian lah yang 'menyelamatkan' Copernicus dari murka pemuka agama. Teorinya menjadi dasar bagi ilmuwan besar lain termasuk Johannes Kepler dan Galileo Galilei.  Juga Giordano Bruno, yang mengalami nasib tragis.

Pada 19 Februari 1600, Giordano Bruno dihukum bakar hidup-hidup di Campo dei Fiori.  Semua karyanya dimasukkan dalam Index Librorum Prohibitorum, daftar buku terlarang Gereja Katolik Roma pada 1603.

Bagi inkuisisi Roma, Bruno adalah penyeru bidah. Dia menentang gereja, yang sedang melawan pandangan Copernicus.

Bruno adalah pendukung Copernicus.

Pada Mei 2010, jasad Copernicus dimakamkan  kembali secara besar-besaran di Polandia. Dalam sebuah acara megah, 467 tahun setelah kematiannya.

Sementara itu, 24 Mei juga menjadi momentum peristiwa yang dicatat dalam sejarah. Pada 1901, 78  penambang tewas dalam kecelakaan tambang di Caerphilly, Wales.

Lalu, pada 24 Mei 1976,  Concorde melakukan penerbangan perdananya dari London ke Washington, D.C. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya