Top 5 Bisnis: Imbas dari Secuil Beras Plastik

Jika temuan beras plastik dalam jumlah besar, maka wajar jika dipertanyakan. Namun hingga saat ini belum ada laporan lain.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 25 Mei 2015, 09:01 WIB
Heboh beras palsu berawal dari seorang penjual bubur ayam dan nasi uduk di perumahan Mutiara Gading Timur Bekasi.

Liputan6.com, Jakarta - Temuan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat, langsung menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Berbagai macam spekulasi temuan beras ini pun bermunculan, salah satunya dugaan aksi curang pedagang untuk meraup untung.

Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Zulkifli Rasyid menilai kabar temuan beras plastik hingga tersebar berita aksi curang sudah terlalu berlebihan. Pasalnya, jumlah temuannya tidak sebanding dengan jumlah beras yang beredar di seluruh Indonesia.

Menurutnya, jika temuan beras tersebut dalam jumlah besar, maka wajar jika dipertanyakan. Namun hingga saat ini belum ada daerah lain yang menemukan beras sejenis dalam jumlah yang lebih besar.

Informasi mengenai beras plastik masih menjadi berita paling diburu masyarakat. Tak hanya itu, sejumlah isu yang menjadi sorotan yaitu efek  penurunan harga minyak ke perusahaan migas Inggris dan tarif mudik lebaran.

Lengkapnya, berikut lima berita paling populer di kanal bisnis Liputan6.com edisi Minggu 24 Mei 2015:

1. Temuan Beras Plastik Dinilai Sudah Berlebihan

Pedagang beras di Pasar Induk Cipinang geram dengan pemberitaan mengenai peredaran beras plastik di Bekasi. Pasalnya, jumlah temuannya tidak sebanding dengan jumlah beras yang beredar di seluruh Indonesia.

"Kecuali toko di sini ada yang ketahuan jual 1 ton, itu patut dipermasalahkan. Ini kan cuma secomot beras, belum tentu juga 1 liter, tapi berita sudah kemana-mana," kata Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Zulkifli Rasyid.

Meski demikian, Zulkifli tetap mendesak pemerintah bersama pihak terkait bergerak cepat untuk menyelesaikan masalah ini. Dia khawatir, jika proses penelusuran temuan ini berjalan lambat, maka semakin banyak kabar simpang siur yang beredar di masyarakat.

2. Punya Sumber Energi Murah, RI Malah Impor yang Mahal

Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menjelaskan bahwa pemerintah telah melakukan kesalahan dalam pemanfaatan energi. Pasalnya, energi yang murah justru digunakan oleh bangsa lain sedangkan negeri sendiri malah mengimpor energi yang mahal.

Ketua Working Group Perhapi, Disan Budi Santoso mengungkapkan, kesalahan yang dilakukan pemerintah adalah mengekspor batu bara yang berasal dari bumi Indonesia. Padahal harganya lebih murah ketimbang minyak yang saat ini mayoritasnya impor.

3. Harga Minyak Anjlok, BP Indonesia Kencangkan Ikat Pinggang

Penurunan harga minyak dunia berdampak kepada bisnis British Petroleum (BP) Indonesia. Perusahaan harus menjalankan langkah efisiensi agar kinerja keuangan bisa dipertahankan.

Head Of Country BP Indonesia Dharmawan Samsu menjelaskan, penurunan harga minyak dunia sangat berdampak kepada pendapatan perseroan. Agar, penurunan pendapatan tak terlalu tinggi, perusahaan terpaksa melakukan efisiensi.

Untuk menghindari penumpukan pemudik di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, pada malam hari saat mudik Lebaran, para pengusaha angkutan penyeberangan mengusulkan kepada pemerintah agar penerapan tarif khusus.

Dalam usulannya, mereka ingin ada menerapkan tarif yang lebih murah pada siang hari sehingga para pemudik yang selalu melakukan perjalanan di malam hari beralih ke siang hari.

5. Masih Evakuasi, Jalur KA Cirebon Sudah Bisa Dilewati

Menyusul insiden tabrakan antara kereta api (KA) barang dengan KA Bangunkarta di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (24/5/2015) malam, PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih terus melakukan evakuasi terhadap KA Bangunkarta yang anjlok akibat kecelakaan tersebut.

Dalam proses evakuasi lokomotif dan gerbong yang anjlok tersebut, KAI telah mengerahkan dua alat berat crane yang berasal dari Bandung dan Cirebon.

(Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya