Liputan6.com, Chicago - Dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat berdampak positif untuk di awal pekan ini. Penguatan dolar AS itu didukung dari sinyal bank sentral AS/ yang sedang mempersiapkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada 2015.
Harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi US$ 1.206,80 per ounce pada perdagangan Senin (Selasa waktu WIB). Harga emas ini mendekati level terendah dalam dua pekan di level US$ 1.201,20. Sedangkan likuiditas perdagangan cenderung tipis mengingat pasar saham AS libur memperingati Memorial Day.
Advertisement
Harga komoditas logam lainnya juga mengikuti emas. Harga perak naik 0,8 persen menjadi US$ 17,12 per ounce setelah melemah 2,2 persen pada pekan lalu. Harga platinum naik 0,3 persen menjadi US$ 1.145,50 per ounce.
Penguatan harga emas ini ditopang dari sentimen The Fed. Pemimpin The Fed Janet Yellen mengatakan, bank sentral AS siap menaikkan suku bunga pada tahun ini dengan melihat ekonomi kembali pulih.
"The Fed menaikkan suku bunga tentu bukan berita mengejutkan komoditas logam. Pergerakan harga emas yang cenderung merosot bahkan mencatatkan penurunan terbesar sejak April. Namun pernyataan Yellen memberikan sinyal kalau suku bunga akan naik. Pelaku pasar tidak menyukai sentimen tersebut," kata Analis AvaTrade, Naeem Aslam, seperti dikutip dari laman The Australian, Selasa (26/5/2015).
Sementara itu, prospek kenaikan suku bunga pada 2015 ini juga mendorong dolar ke level tertinggi dalam sebulan terhadap sejumlah mata uang. Penguatan dolar AS dipicu dari kenaikan inflasi AS dan kekhawatiran terhadap utang Yunani.
Dengan dolar AS lebih kuat membuat menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal ini mengurangi daya tarik sebagai lindung nilai terhadap risiko investasi. Untuk permintaan emas sendiri cenderung sepi di Asia. Investor lebih memilih masuk ke pasar saham yang lebih menarik. (Ahm/)