Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menduga beredarnya isu beras plastik bukan murni untuk kepentingan meraup keuntungan.
Dia mengatakan, harga beras lebih murah ketimbang harga plastik. Sebab, jika memang ada beras dioplos dengan plastik maka harganya jauh lebih mahal, bukan menekan harga.
"Ini beras plastik atau bukan secara logika plastik Rp 12 ribu, beras Rp 7.000-Rp 8.000 tak mungkin plastik dicampur beras," kata Andi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Dengan demikian, Andi menduga isu beredarnya beras dioplos plastik tersebut tidak hanya bermotif mencari keuntungan tetapi ada motif lain di baliknya.
"Bisa jadi (bukan murni bisnis)," tegasnya.
Meski begitu, isu beras tersebut sedang ditindaklanjuti. Saat ini masih menunggu hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM). Jika beras tersebut positif mengandung plastik, tak segan akan ditindak dengan tegas.
"Kita tunggu hasilnya apa benar beras plastik? Kalau benar harus ditindak tegas," pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah akan menyerahkan pengusutan temuan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat, kepada pihak kepolisian.
Advertisement
"Tindakan kepolisian saja, yang harus lakukan tindakan hukum bahwa semua pelakunya harus ditindak. Beras kalau benar seperti yang digambarkan, masuk tindakan kriminal," ujar Sofyan.
Dia juga belum bisa memastikan apakah beras palsu tersebut adalah beras impor atau berasal dari dalam negeri. Jika impor, maka temuan beras ini merupakan tindak penyelundupan karena sejak awal tahun pemerintah belum mengeluarkan izin impor beras.
"Selama ini tidak ada impor sama sekali. Kalau ada itu, ini kriminalitas, diselundupkan, ya kalau ada. Kita akan ada impor, kalau butuh. Ini (opsi membuka kran impor) Juni baru kita nilai," lanjut dia.(Pew/Ndw)