Liputan6.com, Jakarta - Megawati Soekarnoputri berpidato dalam acara peringatan Hari Arsip Nasional ke-44, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Ampera, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan itu, Megawati bercerita, ""Memori saya spontan kembali ke-54 tahun silam. Saat itu saya baru berusia 14 tahun dan menjadi delegasi termuda pada KTT Non Blok 1 di Belgrade pada 1961."
Menurut Mega, sapaan akrab Megawati, kenangan yang indah dan melekat itu begitu kuat. Khususnya ketika dirinya mendampingi sang ayah, Sukarno, pada saat berbicara dengan pemimpin-pemimpin penting di dunia.
"Di situlah saya mendengarkan secara langsung, suatu gagasan besar dari para pemimpin dunia tentang pentingnya tatanan dunia baru yang terbebas dari segala bentuk penjajahan," sambung Ketua Umum PDIP itu.
KAA dan Gerakan Non Blok, kata Mega, merupakan satu mata rantai perjuangan membangun peradaban dunia baru yang lebih berkeadilan, aman, dan damai.
"Atas dasar hal itulah, saya memberikan dukungan sepenuhnya terhadap upaya menjadikan seluruh dokumen kedua peristiwa tersebut untuk diterima sebagai program UNESCO, yaitu 'Memory of The World'. Upaya ini sangat penting. Sebab menyelamatkan arsip dan dokumen KAA dan GNB merupakan sebuah proses enlightment (pencerahan)," tutur Mega.
Sejarah, lanjut Mega, juga membuktikan ketika kemerdekaan diakui sebagai hak segala bangsa. Ketika perdamaian dunia ditegakkan atas prinsip keadilan, banyak bangsa-bangsa baru merdeka terlahir, dan menjadi satu kekuatan baru yang anti-penjajahan.
"Di situlah peran besar KAA dan GNB dalam sejarah peradaban umat manusia. Di sinilah keseluruhan makna 'Memory of The World' itu kita letakkan," tutur Mega.
Mega pun berpesan agar generasi yang akan datang bisa memegang teguh pijakan sejarah perjuangan tersebut. "Generasi yang akan datang tidak akan pernah kehilangan pijakan, bahwa di dalam sejarah perjuangan kemanusiaan, guna mewujudkan suatu tata dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial."
"Ada 2 peristiwa maha penting yang menjadi milestone (batu) sejarah peradaban dunia, yakni KAA dan GNB. Hal inilah yang mendorong saya pribadi memberikan dukungan sepenuhnya terhadap upaya ini," tegas Mega.
Putra ke-2 Bung Karno itu pun berharap, perjuangan arsip KAA dan GNB masuk UNESCO tidak ada halangan. "Semoga, perjuangan kita bersama, untuk memperjuangkan arsip dan dokumen Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok diterima UNESCO, sebagai 'Memory of The World' mendapat Ridho dari Allah SWT," pungkas Mega.
Untuk menjaga api semangat dan terus mengingat pentingnya KAA, Indonesia mengusulkan agar perhelatan itu dimasukkan dalam Memory of the World (MoW) atau ingatan kolektif dunia di badan kebudayaan dunia internasional PBB, UNESCO.
Menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain, sudah sepatutnya dan saatnya KAA tercatat dalam ingatan kolektif dunia. Sebab, KAA yang diinisiasi merupakan landasan kemerdekaan bagi negara di 2 benua itu. (Rmn/Yus)
Advertisement