Mr. P Bengkok, yang Normal Seperti Apa?

Kelamin pria yang melengkung sering dihubungkan dengan penyakit Peyronie.

oleh Melly Febrida diperbarui 27 Mei 2015, 20:00 WIB
Perbandingan penis inipun dibeberkan oleh sebuah penelitian dan berhasil menyedot pembaca Liputan6.com edisi Kamis (25/9)

Liputan6.com, Jakarta Kelamin pria (Mr. P) yang melengkung atau bengkok (kurva) sering dihubungkan dengan Penyakit Peyronie. Padahal, beberapa pria memiliki Mr. P yang melengkung ke samping, ke atas, atau ke bawah saat ereksi. Lantas, bagaimana kondisi lengkungan yang perlu diwaspadai? 

Mr. P yang membungkuk menjadi bentuk yang paling umum ketika pria mengalami ereksi. Ini karena sifat dari anatomi manusia yang jarang simetris. 

Menurut Clinic Cleveland, selama ereksi, pembuluh darah kavernosum (corpora cavernosa) rileks dan terbuka, sementara darah bergegas masuk melalui arteri cavernosus (cavernosus arteries) untuk mengisinya dan terjebak di bawah tekanan tinggi yang membentuk ereksi.

Arah penis yang sedang ereksi tergantung pada proporsi crus - penis di bawah kulit - yang mengenai penis. Ini berarti pria dengan crus pendek dan Mr. P yang lebih panjang cenderung ereksi ke arah bawah, sementara mereka dengan crus yang lebih panjang akan mengalami ereksi yang bengkok ke luar atau lurus ke atas. Dalam beberapa kasus, Mr. P bisa membengkok ke kiri atau ke kanan.

Selain beberapa arah lengkungan di atas, seorang pria bisa memiliki kurva yang lebih ekstrem. Namun, apabila kurva atau lengkungan itu menyebabkan rasa sakit, kemungkinan menjadi gejala penyakit peyronie.

Peyronie Tak Pengaruhi Kesuburan

Situs Medicaldaily, Rabu (27/5/2015), menuliskan Penyakit Peyronie biasanya ditandai dengan kelengkungan penis dan ereksi yang menyakitkan. Kondisi tersebut paling umum terjadi pada pria di antara usia 40 sampai 60 tahun, dan lebih tua. 

"Plak yang menumpuk di penis kemudian berkembang menjadi jaringan parut fibrosa di bawah kulit," menurut Medline Plus

Faktor risiko dalam kondisi ini termasuk cedera penis saat berhubungan seks dan pembedahan atau pengobatan radiasi untuk kanker prostat. Kondisi ini juga terkait dengan contracture Dupuytren, yang merupakan penebalan seperti di telapak tangan, baik salah satu atau keduanya.

Kebanyakan pria tidak menyadari sepenuhnya keparahan kondisi mereka sampai mereka berhubungan seks. 

Menurut Dr. Duana C. Welch, seorang ahli psikologi perkembangan dan penulis Love Factually: 10 Proven Steps from I Wish to I Do, kurva yang menekan G-spot wanita bisa meningkatkan seks. Namun pada pria dengan peyronie, lengkungan biasanya begitu nyata, dapat mencegah penis mengalami ereksi, dan kurva bisa mencegah penetrasi sama sekali."

Peyronie memang bisa mempengaruhi ereksi dan kelengkungan Mr. P. Tapi, kondisi itu tidak akan mempengaruhi produksi sperma. 

Dr Eric Scott Sills, Direktur Medis di Center for Advanced Genetics  dan seorang dokter  endokrinologi reproduksi, IVF, surrogacy dan operasi kesuburan di Carlsbad, California, menekankan peyronie jarang memengaruhi kesuburan. 

"Saya begitu sering melihat kasus ini, tetapi kabar baiknya adalah bahwa hal itu jarang berdampak pada reproduksi dan pengobatan kesuburan yang umumnya berhasil untuk pasangan," katanya.

Secara umum, ada pria dengan peyronie merasakan sakit dan ada pria lain yang tidak sakit. Gejala akan membaik seiring waktu bagi pria yang merasakan sakit.

Bahkan, bisa jadi pria dengan kondisi tersebut kehidupan seksualnya tak terganggu apabila kondisinya membaik seiring waktu meski tanpa pengobatan. Hal ini dikenal sebagai pendekatan watchful waiting. Pada kasus yang parah, penyakit peyronie dapat diobati dengan operasi tetapi dokter menyarankan untuk menunggu setidaknya 12 bulan untuk melihat apakah itu membaik dengan sendirinya.

Apabila pria tidak yakin arah lengkungannya itu normal atau tidak, berkonsultasilah dengan ahli urologi, dan mencari opini kedua (second opinion). 

 

Baca juga:

6 Posisi Bercinta yang Rawan Cederai Mr. P

7 Bentuk Mr. P, yang Mana Milik Anda?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya