Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini, spekulasi kenaikkan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang lebih cepat dari perkiraan masih berhembus cukup kuat. Akibatnya, nilai tukar rupiah masih tertekan dan berkutat di kisaran 13.200 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Data valuta asing (valas) Bloomberg, Kamis (28/5/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,24 persen ke level 13.221 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah juga dibuka melemah tipis di level 13.191 per dolar AS dari penutupan sebelumnya.
Advertisement
Pada perdagangan hari ini, rupiah tampak terus berfluktuasi melemah di kisaran 13.184 - 13.221 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 13.200 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berada di level 13.205, menguat tipis dari level 13.229 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Secara umum, data ekonomi yang dirilis AS juga mulai membaik, memicu penguatan dolar di pasar. Selain itu, rencana Bank Sentral Eripa untuk memperbesar stimulus pada Mei dan Juni melemahkan euro dan memeprkuat posisi dolar.
Saat ini, pasar keuangan zona Euro masih diliputi kekhawatiran seiring dengan belum terlihatnya komitmen Yunani untuk melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya.
"Rupiah masih terus tertekan bersama mata uang Asia lain seiring dengan menguatnya dolar. Volatilitas rupiah yang tinggi diperkirakan dapat berlanjut hingga pertemuan The Fed pertengahan Juni mendatang," tutur ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander mengatakan, nilai tukar rupiah meski melemah tipis tetapi cenderung stabil. Komentar pimpinan bank sentral AS/The Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang akan menaikkan suku bunga The Fed pada 2015 masih mempengaruhi gerak nilai tukar rupiah.
Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar terhadap Yunani kemungkinan keluar dari zona Euro juga mempengaruhi nilai tukar euro terhadap dolar AS sehingga dolar AS cenderung menguat. "Euro melemah terhadap dolar AS berdampak ke mata uang emerging market termasuk rupiah," kata Eric.