Liputan6.com, Jakarta Ada hal-hal yang memang sulit untuk diungkap dengan kata-kata. Anda harus merasakannya sendiri untuk bisa “memahaminya”. Berkuliner adalah satu aktivitas yang jalan dengan prinsip tersebut. Tapi bukan cuma soal rasa yang ingin diketengahkan oleh Janet DeNeefe melalui Ubud Food Festival.
Misi co-founder dari Yayasan Mudra Swari Saraswati yang merupakan organisasi penyelenggara event itu – dan juga merupakan pendiri Ubud Writers & Readers Festival – adalah untuk membawa khasanah kuliner Indonesia mendapat rekognisi global. Hal ini disampaikannya pada acara pre-event dari Ubud Food Festival 2015 yang bertempat di Hotel Dharmawangsa, Rabu 27 Mei 2015.
Advertisement
Ubud Food Festival yang pertama ini akan diselenggarakan pada 5-7 Juni 2015. Dalam acara yang berlangsung selama 3 hari itu, ragam kekayaan menu Indonesia akan disajikan dan diapresiasi juga melalui pembahasan-pembahasan oleh praktisi dan pakar kuliner maupun berbagai kegiatan lainnya.
Beberapa nama besar dunia masak dan makanan yang akan hadir pada event itu adalah Bara Pattiradjawane atau dikenal dengan nama beken Chef Bara, Bondan Winarno yang identik dengan ekspresi `maknyus`, juga nama-nama mancanegara seperti Chef Felix Schoener yang telah berpengalaman di restoran-restoran bertaraf Michelin. Hadir di acara pre-event, Chef Bara mendampingi William Wongso menunjukkan kebolehan mereka dalam membuat ayam rica-rica.
Berbagi pandangan seputar posisi kuliner Indonesia, William melihat bahwa di dalam negri masakan Indonesia masih kuat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi menu-menu lokal untuk kesehariannya. Namun jika bicara tentang keberadaannya di kancah global, memang kondisinya terlihat berbeda. Dari segi penerimaan rasa oleh masyarakat asing, pengalaman William di mancanegara menunjukkan bahwa masakan Indonesia disambut baik oleh lidah warga dunia.
“Masakan Indonesia punya Taste of Mystery,” demikian William memberi istilah untuk sesuatu hal yang membuat kuliner tanah air mendapat respons positif. William melihat bahwa sayangnya, banyak orang Indonesia sendiri yang terlalu takut menu Indonesia tak bisa diterima orang luar negri sehingga dilakukan banyak modifikasi pada masakan-masakan lokal kala disuguhkan kepada mereka.
Ini satu hal yang menurutnya perlu direfleksikan kembali oleh orang Indonesia. Sikap proaktif untuk percaya diri dengan racikan lokal dalam memperkenalkan menu-menu Nusantara kepada segala bangsa, menurut William, harus dicontohkan sedari tingkat Istana Negara kala menjamu tamu-tamu kenegaraan asing.
Ubud Food Festival 2015 didukung oleh HSBC. Support yang diberikan ini dilandasi oleh upaya dari penyedia layanan finansial itu dalam mengapresiasi kecintaan nasabah-nasabahnya kepada dunia kuliner. Hal ini diutarakan oleh Steven Suryana selaku Head of Health Management HSBC Indonesia di ihadapan nasabah HSBC Premier yang menjadi tamu di pre-event Ubud Food Festival. (bio/igw)