Citizen6, Jakarta Ada yang berbeda dengan suasana penerimaan siswa-siswi baru tahun ajaran 2015/2016. Terutama untuk lulusan Sekolah Dasar yang akan melanjutkan ke tingkat lanjutan pertama di DKI Jakarta dan sekitarnya. Jauh hari sebelum pengumuman kelulusan, Madrasah Tsanawiyah sudah membludak pendaftar.
Tren baru ini terlihat di beberapa Madrasah Tsnawiyah Negeri. Sekolah dengan kurikulum yang menggabungkan antara ajaran agama Islam dan pengetahuan umum ini, mulai mendapat Respon tinggi bagi orangtua yang anaknya lulus SD tahun ini.
Bahkan, di beberapa tsanawiyah, jumlah pendaftar bisa lima kali lipat dari kuota bangku yang tersedia. Beberapa orangtua siswa yang ditemui mengungkapkan alasannya. Selain murah (gratis), Tsanawiyah Negeri lebih banyak mengajarkan pelajaran agama.
Pendaftaran MtsN di Jakarta, berbeda dengan penerimaan di sekolah-sekolah negeri. Bahkan jauh-jauh hari sebelum UN, sudah ada yang membuka pendaftaran. Perbedaannya, seleksi penerimaan siswa didik baru ini, tidak menggunakan Nilai UN, tetapi dengan tes masuk biasa.
Hadirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadikan posisi madrasah semakin jelas, sekaligus membuka lebar ruang gerak madrasah untuk berkompetisi secara sehat dengan sekolah umum, serta responsif terhadap berbagai perubahan dan tantangan zaman.
Dalam realeasenya, Menteri Agama Lukman Hakim Syaefuddin, mengatakan bahwa madrasah adalah 100 persen sekolah yang bercirikan ke-Islaman, terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) sama dengan SD, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sama dengan SMP dan, begitu juga Madrasah Aliyah (MA) sama dengan SMA. Transformasi madrasah ke sistem pendidikan nasional harus diimbangi komitmen dengan memelihara ciri khas ke-islaman.
Antusiasme masyarakat terhadap sekolah ini terlihat ketika mulai dibukanya pendaftaran calon didik baru, di lembaga-lembaga pendidikan yang bercirikan Islam itu. Setiap tahun, animo masyarakat semakin meningkat. Jumlah peminatnya rata-rata 800-1000 orang dengan daya penampungan sekitar 200 siswa didik saja.
Sebagai contoh Mts N 27 Joglo, Jakarta Barat, di sekolah ini membuka pendaftaran siswa baru selama satu bulan penuh. Yaitu mulai 1-30 April 2015. Dan jumlah pendaftar lebih dari 800 siswa yang berasal kawasan sekitar. Karena siswa belum lulus, bahkan belum UN, siswa hanya diwajibkan menyerahkan fotokopi nilai rapot selama kelas lima dan kelas enam semester ganjil. Selain itu siswa juga membawa surat keterangan dari sekolah asal bahwa siswa tersebut benar-benar terdaftar sebagai murid di sana.
Setelah pendaftaran ditutup, pihak panitia akan melakukan seleksi berkas. Menurut kepala sekolah MTS N 27 Drs Djahidin, M.pd para pendaftar akan diseleksi ketat, dengan standar nilai yang ditentukan. Seleksi berkas ini, menurut penggiat NU ini, hanya lolos sekitar 500 anak, yang kemudian akan melangkah menunju jenjang tes betikutnya, yaitu tes Baca tulis Al Quran. Bila peserta didik lolos tes baca tulis Al Quran, mereka akan memasuki tahap berikutnya yaitu tes kemampuan umum, berupa pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Bahasa Inggris.
Menurut Djahidin, peminat MtsN 27 bukan hanya dari kalangan siswa Mi, tetapi malah lebih banyak dari SD Negeri. Mts sekarang juga seperti SMP umum lainnya, yaitu gratis, alias tidak dipungut bayaran. Dibiayai oleh APBN. "Mungkin itu yang membuat masyarakat semakin meminati sekolah ini."
Sekolah yang memiliki visi Religius, Berbudaya , Cerdas dan Terampil ini, tidak menggunakan sistem rayon dalam penerimaan calon siswa. Dari sekolah manapun di Indonesia tidak ada batasan, yang penting usianya tidak lebih dari 18 tahun. "Biarpun dari Kalimantan, Bali, Papua, silakan saja mendaftar," kata Djahidin.
Menurut seorang ibu yang diwawancarai, penulis, jauh-jauh hari dia sudah mengincar sekolah ini karena banyak nilai-nilai agama yang diajarkan di sini. "Anak-anak remaja sekarang semakin rusak moralnya, dengan bekal agama yang cukup Insya Allah mereka akan selalu menemukan jalan yang benar," kata pendaftar bernama Dewi tersebut.
"Kalau saya karena gratis, sekolah Islam swasta mahal, dan saya senang kalau anak saya diterima disini, biar semakin pandai mengaji," kata Ibu Nisa.
Memang itu adalah salah satu dari visi dari sekolah ini, yaitu membentuk manusia cerdas, namun tetap berpegang teguh pada agama. Diharapkan mereka ketika berada di masyarakat sudah terampil dalam sikap beragama. "Misalnya kalau ada orang meninggal, lulusan Mts ini harus bisa merawat jenasah, sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat banyak," kata Djahidin.
Selain pelajaran umum, di sekolah yang memiliki laboratorium IPA ini juga ada bimbingan hafalan Al Quran, praktek sholat berjamaah pun dilakukan setiap hari. "Sejauh ini belum ada kasus narkoba atau miras yang terjadi pada siswa Mts yang berada di perbatasan Jakarta Barat dan Kodya Tangerang ini," ujar Djahidin tegas. (gie)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
Advertisement