Liputan6.com, New York - Bank Dunia memprediksi ekonomi China akan tumbuh di bawah tujuh persen tahun ini dan dalam beberapa tahun ke depan. Perlambatan ekonomi China ternyata ikut menyeret pertumbuhan Indonesia yang terhantam jatuhnya permintaah komoditas ekspor dari China, ksususnya batu bara.
"Kini semakin jelas bahwa peningkatan kinerja makro ekonomi Indonesia antara 2010 dan 2013 berputar di sebuah siklus dan bergerak dipicu faktor eksternal dibandingkan isu struktural," tutur Ekonom BNP Paribas Richard Iley seperti dilansir dari Financial Times, Jumat (29/5/2015).
Advertisement
Para ekonom mengatakan, jatuhnya ekspor komoditas Indonesia ke China menjadi salah satu pemicu jatuhnya pertumbuhan ekonomi domestik ke bawah level lima persen.
Berbagai persoalan politik di dalam negeri juga dikatakan memainkan peranan penting dalam mendorong dan menghambat pertumbuhan di Asia. Sejauh ini, reformasi Indonesia yang dicetuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru menunjukkan sedikit kemajuan dalam mendorong produktivitas dan aktivitas ekonomi domestik.
Kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap penarikan dana asing keluar mengingat Bank Sentral AS (The Fed) kini tengah berencana menaikkan suku bunga AS. Di Asia, tak hanya Indonesia, Thailand juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi serupa.
Setahun setelah kasus militer di Thailand, ketidakpastian politik masih berlanjut menyeret perekonomiannya. Setelah tumbuh hanya 0,7 persen tahun lalu, penguatan ekonomi Thailand diprediksi akan semakin melambat dan hanya tumbuh tiga persen tahun ini.
"Perusahaan masih menahan rencana investasi sementara situasi politik masih belum pasti di Thailand," tutur para analis di Capital Economics.
Iklim ekonomi di Asia mulai berubah dari 2012 di saat Indonesia dan Thailand mengalami peningkatan ekspor dan belanja konsumen, sementara India masih terlilit persoalan inflasi dan mengalami pertumbuhan ekonomi paling lamban sejak 2008. (Sis/Ndw)