3 Indikasi Mahasiswa UI Tewas di Danau karena Dibunuh

Krishna Murti mengatakan, motif pembunuhan bisa macam-macam. Antara lain karena dendam, sakit hati, perampokan, dan juga karena bunuh diri.

oleh Audrey Santoso diperbarui 29 Mei 2015, 17:53 WIB
Penemuan mayat di Kampus Universitas Indonesia. (Liputan6.com/Atem Allatif)

Liputan6.com, Jakarta - Polda Metro Jaya telah mengungkapkan, kematian mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori karena pembunuhan.

Namun polisi belum bisa mengungkapkan, siapa tersangka pembunuh mahasiswa asal Yogyakarta itu. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan investigasi mendalam untuk mencari pelaku.

"Kami akan lakukan langkah-langkah dalam rangka mencari tersangka. Kita tidak bisa berasumsi tanpa ada hasil investigasi mendalam," ucap Krishna di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (29/5/2015).

Krishna menjelaskan, dalam mengungkap kasus ada tiga hal yang akan dikaji ulang, yaitu alibi saksi, motif pembunuhan, dan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Alibi mengurut konstruksi kronologis, ke mana saja yang bersangkutan sebelum tewas, berhubungan dengan siapa saja, dan apa saja hubungannya. Kalau motif, kita melihat yang bersangkutan berhubungan dengan siapa, temannya, keluarganya, semua dieksplor," jelas Krishna.

Dia mengatakan, motif pembunuhan bisa macam-macam. Antara lain karena dendam, sakit hati, perampokan, dan juga karena bunuh diri.

Indikasi Pembunuhan

Menurut Krishna, ada beberapa hal yang menguatkan indikasi Akseyna tewas dibunuh dan ditenggelamkan ke Danau Kenanga UI akhir Maret lalu.

"Benar yang bersangkutan mati tidak wajar. Mati tidak wajar disebabkan beberapa hal, bisa saja bunuh diri. Namun dari hasil gelar ulang, kami menduga mati tidak wajar tersebut bukan karena bunuh diri," terang Krishna.

Indikasi pembunuhan menguat setelah polisi menemukan kejanggalan berupa luka lebam di wajah korban. Meskipun hasil otopsi tim forensik Rumah Sakit Polri memperlihatkan ada air masuk ke paru-paru korban dan ia tenggelam dalam keadaan hidup, tapi kata Krishna, hal itu tetap tidak memudarkan indikasi pembunuhan.

"Karena ada luka fisik di wajah yang bersangkutan. Kalau dia bunuh diri harusnya (wajahnya) mulus, tidak ada luka fisik. Meskipun hasil otopsi ada air di paru-parunya yang menunjukkan dia masih hidup saat tenggelam," jelas Krishna.

Indikasi kedua, hasil analisa saksi ahli Grafolog Deborah Dewi yang menunjukkan ada orang lain selain Akseyna yang ikut menulis surat wasiat.

"Kami masih menunggu detail tulisan tangan saksi ahli grafologi," imbuh Krishna.

Hal lainnya yang menguatkan kasus ini mengarah ke pembunuhan, jika tenggelam dalam keadaan hidup tentu Akseyna dapat berontak dan melepaskan tas yang berisi 5 konblok yang memberatkan tubuhnya.

"Satu hal, bunuh diri itu matinya beda antara bunuh diri tenggelem sama orang mati jatuh dari atas. Kalau dia pakai batu, kalau bunuh diri dia bisa berontak, kalau masuk ke airnya tidak sadar, batu itu menenggelamkan dia," tandas Krishna. (Sun/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya