Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah melonjak hampir 5 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) akibat stabilnya dolar Amerika Serikat (AS) dan berkurangnya jumlah rig minyak di AS yang lebih besar dari yang diharapkan. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam 1,5 bulan.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (30/5/2015), harga minyak mentah AS telah meningkat US$ 4 per barel setelah mencapai titik terendah dalam satu bulan. Kenaikan ini didorong baik oleh menurunnya persediaan minyak dalam negeri dan jelang pertemuan OPEC pekan depan, di mana kelompok ini diharapkan untuk menjaga produksi pada tingkat tinggi.
Penguatan harga minyak juga data jumlah rig dari Baker Hughes, yang menunjukkan para pengebor minyak di Negeri Paman Sam mengurangi jumlah rig yang beroperasi pekan ini, meskipun ada spekulasi bahwa mereka akan menambahkan jumlah rig lebih banyak. Pengurangan jumlah rig menjadi sinyal berkurangnya aktivitas produksi.
Harga minyak jenis Brent naik US$ 2,98 atau 4,8 persen menjadi US$ 65,56 per barel. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate naik US$ 2,62 atau 4,5 persen menjadi US$ 60,3 per barel.
Advertisement
Dukungan terhadap harga minyak juga berasal dari ketegangan di Timur Tengah setelah ISIS mengaku bertanggung jawab atas pemboman masjid di Arab Saudi yang menewaskan tiga orang.
Namun, bisa jatuh lagi akibat melimpahnya pasokan minyak dunia. Tekanan terhadap harga minyak pada pekan muncul jika dolar kembali AS perkasa dan OPEC memutuskan untuk tidak memangkas produksi. OPEC diperkirakan akan mempertahankan target produksi kolektif 30 juta barel per hari. (Ndw/Igw)