Liputan6.com, Jakarta - Selama beberapa pekan terakhir, masyarakat resah dengan kabar beredarnya beras mengandung plastik. Pedagang tradisional was-was temuan beras plastik yang dioplos dengan beras lokal akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap mereka.
Kondisi ini berdampak pada pedagang di berbagai daerah di Tanah Air. Salah satu contohnya di Pasar Tanjung Sari, Sumedang, Jawa Barat. Pembeli menahan diri karena takut dan akibatnya pedagang merugi.
Beredarnya beras plastik juga membuat resah para pedagang warteg di Tegal, Jawa Tengah. Mereka khawatir karena tidak paham bagaimana cara membedakan beras plastik yang dioplos dengan beras lokal.
Kabar beras plastik berawal dari temuan Dewi, seorang pedagang nasi uduk dan bubur di Perumahan Mutiara Gading Timur, Kelurahan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Dewi menemukan keganjilan dengan beras yang dimasaknya, sebagian beras tidak bisa bercampur dengan air. Beras yang dibeli Rp 8.000 per liter tersebut bila dimakan rasanya berbeda dengan beras pada umumnya.
Beras itu memang tak semuanya beras palsu, namun dicampur dengan beras lokal biasa seperti setra ramos karawang yang sekilas sulit dibedakan.
Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh PT Sucofindo, dugaan Dewi ternyata benar. Beras tersebut mengandung polyvinil chloride atau pelentur plastik. Bahan-bahan ini biasa ditemukan di kabel pipa pvc atau produk industri berbahan plastik.
Mengonsumsi beras yang mengandung plastik bisa mengakibatkan sakit perut, kembung, mual, dan muntah. Mengonsumsi plastik juga bisa merusak ginjal dan liver serta mempengaruhi sistem reproduksi, sistem syaraf pusat, dan sel-sel kulit. Selain itu, mengonsumsi plastik bisa menyebabkan penyakit kanker.
Keresahan masyarakat disikapi pemerintah dengan melakukan uji tandingan dan dinyatakan tidak ada kandungan plastik dari beras yang dilaporkan Dewi. Hal ini justru menimbulkan kebingungan di masyarakat karena ada 2 hasil penelitian yang berbeda.
"Tidak ada unsur plastik di dalam sampel beras. Oleh karena itu saya berharap masyarakat tidak resah," ucap Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Advertisement
Untuk meredam keresahan masyarakat dengan beredarnya beras plastik, pemerintah pun melakukan sidak di berbagai tempat.
Penjualan beras Pasar Pramuka dan Pasar Palmerah menjadi salah satu lokasi razia beras yang dilakukan petugas gabungan. Beras yang dijual pedagang diteliti keasliannya.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil menganggap, persoalan beras yang mengandung plastik adalah persoalan kriminal. Kemungkinan ada yang sengaja menyelundupkan lalu dicampur dengan beras asli.
"Ini sekarang tidak ada impor sama sekali, jadi kalau ada itu kriminalitas yang dia lakukan, diselundupkan mungkin, kalau memang ada. Oleh karena itu nanti akan diambil tindakan," ucap Menteri Sofyan Djalil.
Munculnya beras plastik ini dinilai menjadi peringatan pentingnya regulasi dalam tata niaga beras.
Saksikan Barometer Pekan Ini selengkapnya dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (30/5/2015), di bawah ini. (Vra/Mvi)