Liputan6.com, Bogor - Ramainya pemberitaan beras sintetis atau beras plastik ternyata membawa dampak positif bagi para petani beras organik. Di Bogor, Jawa Barat, petani beras organik mengaku kebanjiran pesanan lantaran konsumen takut membeli beras plastik.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (31/5/2015), terdapat beras organik yang diproduksi oleh kelompok tani Lemah Duhur Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat.
Advertisement
Tidak seperti beras biasa, beras organik tidak banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Walaupun berasal dari bibit padi yang sama, proses menanam dan memanen beras organik sangat berbeda dengan beras biasa.
Beras organik dihasilkan melalui proses yang organis. Tidak seperti beras nonorganik, beras ini sama sekali tidak menggunakan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan dibuat dari pupuk bio hayati berbahan daun dan buah-buahan.
Selain itu, beras organik juga ditanam di tanah sawah yang ramah lingkungan. Proses penanaman yang cukup spesial inilah yang membuat harga beras organik jauh lebih mahal dibanding beras nonorganik.
1 Kilogram beras ini rata-rata dijual Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan beras nonorganik hanya dijual Rp 7 ribu hingga Rp 9 ribu per kilogram.
Karena harganya yang mahal, tak heran beras ini tidak banyak dilirik masyarakat. Padahal dibandingkan beras biasa, beras organik memiliki beberapa keunggulan.
Selain bebas pestisida kimia, kandungan nutrisi dan mineral dalam beras ini jauh lebih tinggi. Dan yang paling penting, rasa beras organik lebih pulen dibanding beras nonorganik.
Sejak ramainya pemberitaan beras sintesis atau beras plastik, pamor beras mahal ini mulai melejit. Para petani pun mulai kebanjiran pesanan.
Para petani berharap pemerintah bisa melindungi produk beras organik serta jenis beras lainnya agar masyarakat aman saat mengonsumsi. (Nda/Ans)