2 Ancaman Besar yang Hantui Ekonomi Dunia

Chief Economist Moody's Analytics Mark Zandi yakin kini ekonomi dunia tengah menghadapi dua ancaman besar. Apa saja?

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 01 Jun 2015, 15:28 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, New York - Perekonomian dunia belakangan ini diramalkan tak akan tumbuh terlalu baik hingga tahun depan. Chief Economist Moody's Analytics Mark Zandi yakin kini ekonomi dunia tengah menghadapi dua ancaman besar.

Dua ancaman yang bisa mengguncang stabilitas ekonomi global yang dimaksud Zandi adalah kenaikkan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) dan perlambatan ekonomi China.

"Asumsi saya, China akan mampu mengatasi perlambatan ekonomi nasionalnya. Tapi jika perekonomiannya merosot lebih jauh, akan sulit bagi ekonomi global untuk kokoh kembali, begitu juga ekonomi AS," tutur Zandi seperti dilansir laman Reuters, Senin (1/6/2015).

Guncangan di sektor industri China diprediksi dapat mengganggu perekonomian yang mulai stabil belakangan ini.

Sementara itu, AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia mengalami kontraksi dalam tiga bulan terakhir tahun ini. Perlambatan ekonomi yang terjadi di AS disebabkan, hujan salju yang cukup besar sebelumnya.

Meski begitu, sebagian besar ekonom memprediksi ekonomi AS akan segera membaik. Indeks manajer pembelian AS pekan ini juga bergerak positif menunjukkan perbaikan di ekonomi AS.

Lebih penting dari seluruh data itu adalah rilis data tenaga kerja AS yang akan dikeluarkan akhir pekan ini. Data tenaga kerja itu dapat menjadi petunjuk arah kebijakan The Fed dalam rencana meningkatkan suku bunganya tahun ini.

Para ekonom yakin, AS berhasil menyerap 225 ribu tenaga kerja kategori non-farm sepanjang Mei yang membuat The Fed dapat menaikkan suku bunganya akhir tahun ini.

"Terdapat banyak kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global mengingat banyak pelaku pasar menyambut tren zona euro yang lebih baik. Mereka tahu perbaikan itu dapat menjadi lokomotif pertumbuhan yang lebih baik," kata pakar strategi ADM Investor Services, Marc Ostwald. (Sis/Ndw)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya