Liputan6.com, Jakarta Taman Bungkul sore itu ramai, menjelang akhir pekan, taman di pusat kota Surabaya ini kerap menjadi pusat berkumpulnya warga kota sehabis melakukan rutinitas keseharian. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas moderen, Taman Bungkul juga menjadi pusat penjaja kuliner tradisional khas Surabaya.
Banyak penjaja kuliner khas Jawa Timur yang dapat ditemui di Taman Bungkul, mulai dari penjaja Tahu Campur, Rawon, hingga Tempe Penyet. Meski demikian ada yang hilang di Taman Bungkul seiring perkembangan zaman, yaitu penjaja Pecel Semanggi.
Advertisement
Pecel Semanggi merupakan kuliner khas Surabaya yang menggunakan bahan baku utama berupa daun Semanggi, yang dicampur dengan daun kangkung dan kecambah. Kuliner khas Surabaya yang mulai langka ini disajikan dengan siraman sambal pedas yang terbuat dari ketela dan kacang tanah. Untuk mendapat citarasa yang lengkap, Pecel Semanggi kerap ditambah kerupuk uli yang terbuat dari beras.
“Wah udah jarang, Mas!” begitu kata Slamet, penjual rujak saat ditanya awak Liputan6.com tentang penjaja pecel Semanggi yang biasa mangkal di Taman Bungkul. Penjaja Pecel Semanggi sebenarnya mudah dicirikan, yaitu ibu-ibu yang menggunakan kain untuk membawa bakul berisi bahan-bahan pembuat pecel Semanggi.
Para ibu penjaja Pecel Semanggi sebagian besar berasal dari desa pinggiran Kota Surabaya yang lebih dikenal dengan dengan Desa Kendung. Dari desa tersebut, para ibu kemudian menyebar dan masuk ke berbagai perkampungan di Surabaya. Terkenalnya Desa Kendung sebagai desa penjaja Pecel Semanggi bukan tanpa sebab, pasalnya di desa inilah banyak dijumpai tanaman Semanggi, bahkan di antaranya ada yang sengaja membudidayakannya.
Pecel Semanggi menjadi kuliner khas Jawa Timur yang paling banyak dicari para wisatawan. Selain lezat dan harganya terjangkau, serat yang ada pada daun Semanggi juga sangat berkhasiat untuk melancarkan pencernaan. (ibo/igw)