Pesan Damai Waisak dan Rohingya

Sedangkan Presiden Jokowi berpesan, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

oleh Ahmad Romadoni Dian KurniawanAjang Nurdin diperbarui 03 Jun 2015, 01:18 WIB
Seorang biksu Buddha saat berdoa di Thailand, (1/6/2015). Hari Raya Waisak memperingati 3 peristiwa penting, yakni Lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta menjadi Buddha dan Meninggalnya Buddha Gautama parinibbana. (REUTERS/Chaiwat Subprasom)

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 50 biksu dari Sangha Mahayana dan Theravada yang dipimpin Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Bante Thadisa Paramitha Mahastavira, berjalan kaki dari kompleks Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang.

Mereka melewati trotoar kanan dan kiri Jalan Pemuda Kota Magelang, untuk menerima derma dari umat Buddha, khususnya yang bermukim dan membuka usaha di kawasan setempat. Kegiatan ini biasa disebut pindapata, rangkaian perayaan Tri Suci Waisak yang berpusat di Candi Borobudur.

Selasa 2 Juni 2015, umat Buddha dari sejumlah daerah mulai berdatangan ke Kota Magelang, Jawa Tengah untuk merayakan Hari Raya Waisak. Mereka mulai berdatangan ke Magelang sejak Minggu 31 Mei pagi untuk melakukan prosesipindapata.

Sebelum prosesi pindapata, para biksu bersama sejumlah umat Buddha membacakan doa dan pujian di dalam kelenteng setempat dengan khusyuk ditandai pembakaran hio.

Selama umat Buddha bersama para biksu melakukan prosesi pindapata, aparat kepolisian setempat mengatur arus lalu lintas di sepanjang satu kilometer Jalan Pemuda Kota Magelang.

Ketua Yayasan Tri Bhakti Kelenteng LiongHok Bio Kota Magelang Paul Candra Wesi Aji mengatakan, prosesi pindapata mengadopsi tradisi umat bersama para biksu di Thailand.

Setiap hari para biksu keluar dari wihara sambil membawa wadah berjalan menemui umat. Antara lain di jalan, pasar, dan rumah-rumah warga untuk menerima derma sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.

"Melalui prosesi itu umat menjalankan ajaran tentang berderma, bahwa orang yang berbuat kebaikan kelak akan mendapatkan karma baik," kata Paul, Magelang, Jawa Tengah, Minggu 31 mei 2015.

Dalam prosesi pindapata itu, umat memberikan uang yang dibungkus dalam angpao dan dimasukkan ke wadah yang dibawa para biksu.

Menurut Biksu Thadisa itu, prosesi pindapata ini menjadi kesempatan baik bagi umat Buddha untuk melakukan kebajikan. Sedangkan bagi para biksu, prosesi ini menjadi jalan spiritual untuk terus-menerus melatih sikap hidup rendah hati.

"Ini kesempatan baik umat melakukan derma untuk mendapatkan pahala, sedangkan bagi biksu untuk melatih diri mencapai jalan kesucian hidup," kata Biksu Thadisa.

Perayaan Waisak di Wihara Ekayana Arama, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang menjadi wihara terbesar di Jakarta Barat itu terlihat penuh kedamaian. Khususnya tenggang rasa hidup berdampingan antar pemeluk agama.

Masjid dan gereja di sekitar Wihara Ekayana Aroma membuka pintu pagar, menyediakan lahan parkir bagi umat Buddha yang akan merayakan Waisak.

Kendati pengamanan dari kepolisian tetap bersiaga di wihara tersebut. Pengamanan juga datang dari warga. Pengamanan ini sebagai antisipasi adanya teror dari pihak tertentu, menyusul gejolak etnis Rohingya di Myanmar.

"Kemarin sterilisasi dari Gegana Brimob untuk antisipasi pengamanan dari ancaman teror bom karena gejolak Rohingya," kata Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol RudyHeriyanto Adi Nugroho di Wihara Ekayana Arama, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa 2 Juni.

"Sejak semalam disterilisasi, langsung kita tutup dan baru dibuka tadi pagi. Ini untuk menjaga saudara kita yang beribadah," sambung dia.

Kepada umat Buddha saat menghadiri Wihara Ekayana, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengimbau agar umat Buddha menjalankan ajaran Buddha Gautama.

Menurut Ahok, sejumlah ajaran Buddha dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari seperti tentang ketertiban dan kebersihan. Dia berharap, semua umat dapat menjadi teladan dan contoh bagi umat lainnya.

"Sang Buddha Gautama lahir untuk turun dan berjuang mengungkapkan kebenaran. Saya kira semangat ini harus kita bawa," ujar Ahok.

Menandai perayaan Hari Raya Waisak, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan remisi 2244015 khusus kepada 224 narapidana beragama Buddha.

Kepala Sub Direktorat Komunikasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Akbar Hadi mengatakan, dari 224 narapidana, 25 di antaranya mendapat remisi 15 hari.

Adapun jumlah narapidana yang mendapar remisi satu bulan tercatat 189 orang, 6 narapidana mendapat remisi satu bulan 15 hari, dan 4 narapidana mendapat pengurangan masa hukuman dua bulan.

Namun, tidak ada yang mendapat Remisi Khusus II (RK II) atau langsung bebas. Narapidana penerima remisi Waisak tahun ini paling banyak berasal dari Kantor Wilayah DKI Jakarta yakni 163 orang, disusul Sumatera Selatan 18 orang, dan Jawa Tengah 14 orang.

Remisi khusus biasanya diberikan kepada narapidana yang telah menjalani masa hukuman minimal 6 bulan, dan tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin, serta tercatat di dalam buku register F atau buku catatan pelanggaran disiplin narapidana.

Keterbukaan

Perayaan Waisak bukan hanya berasal dari umat Buddha dalam negeri. Wisatawan asing juga turut merayakan di Tanah Air. Seperti di Mayteriya Batam, sekitar 4 ribu turis asal Singapura dan Korea. Di wihara terbesar di Asia Tenggara ini tahun lalu juga dipadati turis asal Malaysia dan China.

Para tamu asing itu melakukan 3 ritual yaitu sembah puja, pengambilan api abadi, dan memandikan patung Buddha. Acara akan terus berlanjut hingga malam hari dengan pementasan seni budaya.

Kendati dipadati umat Buddha yang tengah merayakan Waisak dan turis asing, namun tak terlihat penjagaan ketat dari aparat kepolisian di wihara ini.

Sementara di Surabaya, umat Buddha merayakan Waisak diwarnai dengan sembahyang di Plaza Tunjungan Surabaya. Selain melaksanakan sembahyang, umat Buddha juga menggelar arak-arakan relik atau sisa jasad Buddha dari ribuan tahun lalu.

"Sengaja kita acarakan sembahyang di mal, agar masyarakat tahu bahwa ajaran Buddha juga bisa diterima di masyarakat di zaman modern seperti ini," kata Panitia Festival Waisak 2015 Antoni, Surabaya, Jawa Timur, Selasa 2 Juni.

Relik diarak keliling area Plaza Tunjungan 1, mulai dari Atrium sampai PlazaTunjungan 3. Tak hanya itu, arak-arakan relik juga diiringi barongsai. Juga dihadirkan patung Buddha setinggi 12 meter, serta patung Buddha tidur sepanjang 6 meter.

Bagi umat Buddha yang tidak mengikuti sembahyang, meraka juga melakukan ritual, yakni memandikan patung Buddha sebagai ritual mensucikan diri. Mereka juga memberikan persembahan berupa bunga sedap malam di setiap sudut patung Buddha.

Sedangkan Presiden Jokowi berpesan, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Termasuk proses revolusi mental.

"Membangun masyarakat seperti itu perlu perjuangan sebagaimana dicontohkan Buddha Gautama," kata Jokowi saat menghadiri perayaan Waisak di Candi Borobudur, Selasa 2 Juni malam.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengajak umat Buddha agar menjadikan peringatan Waisak, sebagai momentum membangun nilai luhur bangsa, dan menjaga sesanti di Buku Sutasoma yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Jokowi juga berharap perayaan Waisak membawa ketenteraman dan kedamaian, tidak saja untuk umat Buddha tapi seluruh umat manusia. Momentum merenungkan nilai luhur Buddha yang universal, pencerahan makna kehidupan umat Buddha juga keteladan dalam menyempurnakan kebajikan.

BhiksuTadisa Paramitha Mahasthavira dalam kesempatan yang sama, menyampaikan pesan Waisak kepada umat Budda. Dalam pesan Waisak, setiap makhluk punya benih ke-buddha-an. Artinya hakekat ke-buddha-an sudah dimiliki semua makhluk.

"Namun tidak disadari dan dimanfaatkan dan dikembangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami penderitaan," kata dia.

Tadisa menyebutkan nilai ajaran Buddha berkembang pada saat dinasti Syailendra yang membangun Candi Borobudur. Juga saat Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dengan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

"Nilai-nilai Buddha turut melandasi jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Umat Buddha cinta damai dan menolak kekerasan. Yang melakukan kejahatan berarti menodai ajaran Buddha dan bukan umat Buddha tulen," kata BhiksuTadisa.

Umat Buddha diwakili Bante Nyanagupta berbicara tentang pengungsi etnis Muslim Rohingya, yang saat ini ditampung di Aceh dan wilayah Sumatera lain.

Bante mengatakan, menyambut baik sikap pemerintah terhadap pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di wilayah RI. Bante mendorong agar RI menjadi negara terbuka, yang memberikan perlindungan kepada seluruh umat manusia.

"Indonesia terbuka untuk siapa pun dan pemerintah sudah lakukan dengan benar mengenai pengungsi Rohingya," ujar Bante Nyanagupta di Wihara EkayanaArama.

Umat Buddha yang diwakili Bante Nyanagupta di WiharaEkayana Arama Kebon Jeruk, Jakarta Barat menyinggung tentang pengungsi etnis Muslim Rohingya yang saat ini ditampung di Aceh dan wilayah Sumatera lain.

Bante mengatakan, menyambut baik sikap pemerintah terhadap pengungsi Rohingya yang mencari perlidungan di RI. Bante mendorong agar Indonesia menjadi negara terbuka yang memberikan perlindungan kepada seluruh umat manusia.

"Indonesia terbuka untuk siapapun dan pemerintah sudah lakukan dengan benar mengenai pengungsi Rohingya," ujar Bante Nyanagupta di Wihara EkayanaArama.

Bante menegaskan, masalah kemanusiaan memang harus direspons dengan cepat dan tepat. Tidak memandang dari mana latar belakangnya, harus ditampung dan dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.

"Bukan hanya Rohingya, namun Bangladesh juga harus dilindungi. Seperti kita pernah melindungi pengungsi Vietnam juga yang mayoritas Buddha," tutur dia.

Menurut Bante, agama Buddha dan agama lainnya selalu mengajarkan perdamaian. Dan pada perayaan Waisak kali ini, pesan yang ingin disampaikan yakni terciptanya perdamaian di seluruh dunia. (Rmn/Ans)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya