Kemkes RI Mulai Tingkatkan Kewaspadaan MERS di Korea Selatan

Kementerian Kesehatan Indonesia akan kembali meningkatkan kewaspadaan korona virus (MERS Cov) mengingat perkembangan virus di Korea Selatan

oleh Fitri Syarifah diperbarui 03 Jun 2015, 21:00 WIB
Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (M), DTM&H, MARS

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Indonesia akan kembali meningkatkan kewaspadaan korona virus (MERS Cov) mengingat perkembangan virus di Korea Selatan cukup menghkawatirkan.

Secara langsung Member WHO Emergency Committe on MERS CoV, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE menyampaikan, akan terus mengamati perkembangan kasus di Korea Selatan (yang kemudian menyebar ke Tiongkok ini) untuk mengambil langkah kewaspadaan bagi masyarakat Indonesia karena negeri gingseng ini letaknya cukup dekat dengan Indonesia dan terjadi peningkatan jemaah umroh menjelang Ramadhan.

"Ada tiga hal penting yang perlu kita waspadai dengan perkembangan MERS CoV di Korea Selatan ini, yaitu pihak yang ditular, jumlah orang yang tertular dan cara penularan," kata Tjandra melalui pesan singkatnya pada wartawan, Rabu (3/6/2015).

Dari pihak yang ditulari, maka kasus MERS CoV di Korea Selatan ini bisa menularkan virus kepada:

1. keluarga pasien
2. petugas kesehtan yang merawatnya
3. juga bahkan orang lain yang kebetulan bersama-sama dirawat di satu bangsal dengan pasien pertama itu di RS.
4. orang yang tidak bertemu pasien penular, tapi tertular karena kebetulan saja datang ke RS dimana ada pasien MERS CoV dirawat.

"Meski MERS CoV dikatakan belum menular secara meluas di Korea Selatan, tetapi kejadian penularan dari satu orang ke sampai lebih dari 20 orang bisa menjadi semacam 'alarm' untuk kita waspada. Apalagi penularannya sudah hampir menyerupai kasus lain seperti SARS (yang pernah satu kasus SARS menulari puluhan orang dan disebut "super spreader"). Namun harus diingat bahwa SARS dan MERS CoV sama2 disebabkan oleh kelompok virus korona, hanya jenisnya yang berbeda.," katanya.

Tjandra pun menyampaikan kemungkinan cara penularan, seperti:

1. Langsung tertular dari pasien MERS Co V yang merupakan indeks kasus (kasus pertama yang membawa MERS CoV ke Korea Selatan).

2. Tertular dari pasien lain, bukan dari indeks kasus, dimana pasien lain itu tertukar dari indeks kasus. Kalau penularan seperti ini berlanjut maka patut diwaspadai kemungkinan "sustained human to human transmission", suatu hal yang jadi indikator amat penting terjadinya pandemi.

3.  Kemungkinan tertular dari petugas kesehatan. Ini adalah salah satu bentuk penularan berkelanjutan hanya memang lebih terbatas. Tentu ini perlu penelitian dan pembuktian lebih rinci.

4. Kemungkinan tertular dari lingkungan RS . Cara penularan seperti ini cukup sering ditemui pada waktu SARS dulu, di mana benda seperti gagang pintu yang dipegang seorang pasien SARS, lalu ada pengunjung lain yang kebetulan memegang gagang pintu yang sama itu dan kemudian dia jadi tertular SARS. Apakah pola seperti ini juga terjadi pada MERS CoV tentu perlu penelitian dan pembuktian lebih rinci.

Sebelumnya, secara resmi Korea Selatan melaporkan 10 kasus MERS tambahan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang semua penularannya dapat ditelusuri dari kasus pertama, setelah 14 kasus dilaporkan terdahulu.

Selain itu, pemerintah setempat juga melaporkan 2 kasus yang meninggal di Korea akibat MERS CoV.  Satu angka kematian (Case Fatality Rate - CFR) ini sudah seperti penyakit SARS (severe acute respiratory diseases) yang dulu sempat jadi masalah kesehatan penting di dunia.

Dengan perkembangan seperti ini, maka nampaknya dalam waktu dekat ini akan di lakukan pertemuan segera dari Emergency Committe WHO on MERS CoV, yang akan dihadiri 17 pakar kesehatan di dunia

Korea Selatan sejauh ini juga telah mengisolasi sekitar 750 orang setelah mereka terinfeksi dengan virus dan mengeluhkan batuk, demam, sesak napas, dan komplikasi seperti radang paru-paru dan gagal ginjal.

Times melaporkan, kasus MERS pertama di Korea Selatan terjadi pada seorang pria 68 tahun yang baru saja melakukan perjalanan ke empat negara Timur Tengah. Setelah mengalami gejalanya pada 11 Mei, ia mencari perawatan di dua rumah sakit tapi tidak terisolasi karena dia tidak ada laporan paparan virus. Saat dirawat itu, sejumlah orang termasuk staf medis, pasien, dan pengunjung rumah sakit juga terpapar virus ini.

WHO sendiri saat ini masih terus memantau perkembangan virus ini di Korea Selatan. Di sisi lain, mereka berharap, pemerintah setempat segera melaporkan perkembangan baru virus MERS ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya