Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) telah mencatatkan kontrak baru mencapai Rp 9,3 triliun hingga Mei 2015. Kontrak baru itu sebagian besar dikontribusikan dari proyek swasta.
"Perolehan proyek termasuk yang menang tender hingga Mei 2015 Rp 9,3 triliun. Beberapa proyek terakhir adalah double track Manggarai-Jatinegara. PLTA Upper Cisokan, lalu ada jalan Solo-Kertosono, dan proyek baru Tanjung Priuk," ujar Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk, Suradi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (3/6/2015).
Advertisement
Suradi mengatakan, pihaknya juga mendapatkan proyek pengerjaan beberapa bangunan gedung di Surabaya, Jawa Timur dan Jakarta. Perseroan mengerjakan sebagian besar proyek swasta hingga Mei 2015.
"Proyek swasta mencapai 50 persen. Pemerintah sebesar 35 persen. Proyek swasta lebih besar karena masih banyak tender pemerintah yang belum rilis," kata Suradi.
Untuk diketahui, perseroan menargetkan kontrak baru sekitar Rp 31,64 triliun pada 2015. Manajemen perseroan tetap optimistis pada 2015 bisa mencetak laba tinggi. Alasannya, pemerintah menargetkan pembangunan infrastruktur yang cukup besar sepanjang tahun ini sehingga bisa mendorong kinerja perusahaan. Sepanjang 2015, Wijaya Karya menargetkan kontrak baru dari pemerintah sebesar 52,02 persen, kemudian dari BUMN sebesar 22,17 persen dan dari swasta sebesar 25,21 persen.
Sepanjang tahun ini, Wijaya Karya menargetkan penjualan, termasuk juga penjualan proyek kerja sama operasional, sebesar Rp 21,43 triliun atau naik 24,23 persen dari realisasi penjualan tahun lalu yang sebesar Rp 17,25 triliun. Sementara, Laba bersih 2015 ditargetkan dapat mencapai Rp 764,52 miliar atau naik 24,28 persen dari realisasi 2014 yang tercatat Rp 615,18 miliar.
PT Wijaya Karya Tbk mencatatkan laba bersih Rp 61,51 miliar hingga kuartal I 2015. Laba tersebut menurun jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 167,52 miliar. Pada kuartal I 2015, penjualan perseroan sebesar Rp 2,01 triliun sedangkan pada periode setahun sebelumnya tercatat Rp 2,79 triliun. (Ahm/)