Celetuk Menhan Soal AS dan Australia Minta Senjata TNI Dibongkar

Candaan itu dilontarkan terkait permintaan pembongkaran senjata jenis SS-2 V-4 Heavy Barel dan Pistol G-2 (Elite&Combat) buatan PT Pindad.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 03 Jun 2015, 23:00 WIB
Mengenakan kemeja batik lengan panjang, Menhan Ryamizard Ryacudu memasuki Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (22/01/15). Kunjungan Menhan Ryamizard Ryacudu untuk melaporkan harta kekayaannya. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu turut menanggapi permintaan Amerika Serikat dan Australia yang meminta senjata TNI dibongkar. Tanggapan itu disertai candaan atas permintaan pembongkaran senjata jenis SS-2 V-4 Heavy Barel dan Pistol G-2 (Elite&Combat) buatan PT Pindad itu.

"Kalau minta dipreteli senjatanya, paling cuma nemu baca-bacaan saja itu isinya," canda Ryamizard disambut tawa seisi ruangan di Gedung Kemenhan, Jakarta, Rabu (3/6/2015).

Permintaan tersebut dilayangkan AS dan Australia setelah kalah telak dalam lomba tembak Australian Army Skill at Armas Meeting (AASAM), 20-23 Mei 2015. Dalam perlombaan itu, tim TNI AD berhasil membawa pulang 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu.

Sementara tentara Australia yang berada di peringkat 2 berhasil meraih 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Sedangkan AS di posisi 3, hanya mampu memboyong 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.

Kendati ada peristiwa tersebut, Menhan menegaskan tidak akan mempengaruhi hubungan baik antara Indonesia-AS maupun Indonesia-Australia.

Bahkan hubungan baik dengan Australia tetap berlanjut meski sempat memanas akibat 2 warganya yang dieksekusi mati di Indonesia beberapa waktu lalu akibat terjerat kasus narkoba.

"Hukuman mati saya sebarkan ke luar, kok ada yang bilang saya kontroversi. Kebijakan presiden harus didukung. Sejak dulu saya selalu loyal dengan pimpinan. Meski ada permasalahan narkoba, kita (RI dan Australia) tetap baik-baik saja," jelas dia.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu menceritakan hubungannya dengan Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott cukup baik. Ia juga mengaku saat itu kerap diminta Abbott ke negaranya, membicarakan kebijakan eksekusi mati terhadap gembong narkoba duo 'Bali Nine'.

"PM Australia nyuruh-nyuruh saya ke sana. Tapi saya bilang, selesaikan dulu masalah yang di sana, nanti saya ke sana malah didemo lagi," tukas Ryamizard. (Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya