Liputan6.com, Jakarta Selama ini rumah sakit dianggap sebagai tempat paling aman dan nyaman bagi pasien untuk sembuh dari satu penyakit. Namun kini sejumlah kematian menimpa pasien akibat tangan dokter sendiri bukan karena penyakit yang mereka idap.
Kenyataan pahit ini memang sulit dipercaya. Dokter yang seharusnya jadi penyelamat bagi para pasien, justru berpotensi sebagai pembunuh tangan kosong (bare hand killer) karena kebiasaan jelek yang masih mereka pelihara.
Advertisement
"Kepatuhan dokter untuk cuci tangan sehabis menyentuh pasien masih rendah. Berakibat terjadinya transmisi infeksi nosokimial (infeksi di rumah sakit) dari satu pasien ke pasien lainnya," kata Adib Yahya dari PERSI dalam diskusi Hand Hygiene Practice in Hospital, Reducing Hospital Acquired Infection (HAI) di Ballroom Ritz-Carlton, SCBD, Jakarta (4/6/2015).
Dahulu infeksi rumah sakit dapat terjadi karena lingkungan yang buruk. Sekarang, rasanya percuma jika hanya lingkungan rumah sakit yang bersih, namun kepatuhan dokter menyuci tangan masih rendah. "Dokter hanya mau cuci tangan pas mau makan siang, sebagai wujud proteksi terhadap diri sendiri. Tapi, sehabis ngecek pasien, mereka masih malas untuk nyuci tangan dengan beragam alasan," kata Adib menerangkan.
Adib bercerita, 98 ribu kematian akibat ketidakpatuhan dokter untuk cuci tangan juga terjadi di Amerika pada awal 2000. Padahal, sejumlah rumah sakit di sana tergolong modern dengan segala peralatan yang canggih.
"Kematian akibat kesalahan kita (dokter) lebih besar daripada kematian akibat penyakit menular. AIDS hanya 16 ribu, kanker 34 ribu, kecelakaan 20 ribuan," kata Adib.
"Maka itu, orang sana menyebut mengendarai Harley Davidson di TOL lebih aman daripada di rumah sakit," kata Adib sembari tertawa.
Jumlah kematian akibat ketidakpatuhan dokter menyuci tangan di Indonesia memang tidak diketahui pasti berapa angkanya. Menurut Adib, angka di negara berkembang 2-20 kali banyak dari negara maju.
"Kalau di Amerika sekitar 98 ribu, di negara berkembang kurang lebih 980 ribu," kata Adib menjelaskan.
Di Amerika, kata Adib, dokter itu dianggap pembunuh bertangan kosong.