Alasan Orang Betawi Sulit Jadi Gubernur DKI Jakarta

Orang Betawi sulit menjadi gubernur karena tidak bersatu.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Jun 2015, 19:16 WIB
Ahok tantang parpol pecat kadernya yang jadi kepala daerah melalui pilkada langsung dan tidak setuju RUU PIlkada (Liputan6.com/ Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih dua tahun lagi, tapi wacana soal pengganti Basuki Tjahaja Purnama mulai didengungkan. Sejumlah nama mencuat, sebut saja Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Belum ada nama putra Betawi yang disebut dalam bursa ini. Sebagian masyarakat Betawi pesimistis bakal ada bibit asli yang unggul dalam Pilkada 2017.

Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Bakesbangpol) DKI Jakarta mengatakan putra Betawi bakal susah memimpin Jakarta bila masyarakat Betawi tidak bersatu.

"Kalau orang Betawi mau bersatu itu mudah. Orang Betawi kurang bersatu padu. Kalau solid, jangankan pas zaman Foke (Fauzi Bowo), tahun 2007 atau 2009 sudah bisa (menjabat Gubernur)," ujar Kabiro Bakesbangpol, Herman, dalam sebuah diskusi, di Jakarta Timur, Kamis (4/6/2015).

Menurut dia, masyarakat Betawi terpecah akibat banyak ormas yang mengatasnamakan warga Betawi. Jumlah ormas yang mengatasnamakan Betawi, ungkapnya, ada ratusan.

"Total ormas Betawi itu ada 500, maka itu coba bersatu, bisa meraihnya," tutur dia.

Sementara itu, cendekiawan Betawi yang juga pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan ormas harus mau bersilahturahmi untuk bisa menunjukan kekompakan masyarakat Betawi.

"Budaya orang Betawi itu silaturahmi, kalau ormasnya enggak mau, maka susah," jelas dia.

Noorsy menjelaskan orang Betawi sangat bisa mengalturasikan dengan semua etnik. Jika menepikan etnis lain, maka kursi DKI 1 sulit diraih.

"Orang Betawi itu kan pandai alturasikan. Karena itu jangan sampai melupahkan keahlian itu," jelasnya. (Bob/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya