Harga Minyak Jatuh ke Posisi Terendah dalam Sepekan

Banyak analis dan investor mengharapkan kelebihan pasokan minyak dunia susut dalam beberapa bulan mendatang seiring kenaikan permintaan.

oleh Nurmayanti diperbarui 05 Jun 2015, 06:28 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia merosot ke posisi terendah dalam satu pekan pada Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) karena para pedagang menilai pasokan minyak mentah global mencukupi jelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina.

Harga minyak Light, untuk pengiriman Juli turun US$ 1,64 (2,7 persen) ke posisi US$ 58 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara Brent, patokan minyak global, turun US$ 1,77 (2,8 persen) menjadi US$ 62,03 per barel di ICE Future Eropa, melansir laman Wall Street Journal.

Kelebihan pasokan terutama akibat produksi dari AS dan beberapa anggota OPEC yang mendorong harga minyak 45 persen di bawah harga tertingginya pada Juni.

Banyak analis dan investor mengharapkan kelebihan pasokan minyak dunia susut dalam beberapa bulan mendatang karena permintaan meningkat dan penurunan produksi AS dalam menanggapi pemotongan anggaran. Untuk saat ini, pengamat pasar menilai produksi minyak mentah di seluruh dunia masih akan terus melebihi konsumsi.

OPEC, yang memilih tak memotong produksi pada pertemuan terakhirnya meskipun harga minyak anjlok, diprediksi akan terus mempertahankan strateginya tersebut.

Pasokan minyak dari kelompok negara pengekspor ini sudah melebihi kuotanya dari 30 juta barel per hari. Output tertinggi antara lain dari Irak, Rusia, Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Bahkan jika negosiasi nuklir Iran menyebabkan pencabutan sanksi maka akan ada kelebihan pasokan dari Iran ke pasar di tahun ini.

"Jika Rusia, AS terus mengurangi produksi, kami tidak melihat alasan mengapa OPEC akan menahan diri untuk ikut mengurangi produksinya," kata Bill Baruch, Ahli Strategi Pasar iiTrader.

Dalam konferensi menjelang pertemuan OPEC, Chief Executive ConocoPhillips Ryan Lance mengatakan produksi minyak AS akan naik di tahun-tahun mendatang karena pengeboran menjadi lebih murah dan lebih efisien. (Nrm/Igw)


Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya