LIPI Sebut Pengembangan Energi Baru Masih Retorika

Berdasarkan data LIPI porsi penggunaan energi baru terbarukan belum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Jun 2015, 13:34 WIB
Sumur panas bumi (geothermal) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Banjarnegara, Jateng. Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia yaitu sebesar 33 gigawatt.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia  (LIPI) menilai rencana pengembangan Energi Baru Terbarukan masih menjadi retorika pemerintah.

Peneliti LIPI Maxensiun Tri Sambodo mengatakan, berdasarkan data LIPI porsi penggunaan energi baru terbarukan belum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

"Peran EBT kita menurun terus. Kita ingatkan pemerintah bagaimana bisa turun padahal harapannya naik.
Peran energi terbarukan 2013 sempat stuck, 2005 sempat naik," kata Sambodo di Kantor LIPI, Jumat (5/6/2015).

Menurut dia, saat ini penggunaan EBT masih minim, diantaranya energi panas bumi. Dari cadangan 30 Giga Watt (GW) namun yang baru dimanfaatkan hanya 1,3 GW, sedangkan dari potensi air 75 GW yang baru termanfaatkan 6,8 GW.

"Kalau kita mau menggunakan EBT maka tidak menggunakan fosil, tapi ini masih jadi suatu retorika," tuturnya.

Dia pun mengingatkan pemerintah agar berhati-hati memberikan insentif untuk produk EBT, agar tak ada penyalahgunaan.
Pemerintah diminta harus tahu betul kemana alur pemberian insentif kepada pengsuaha pengembang EBT, agar tak salah sasaran.

"Dalam memberi insentif EBT harus hati-hati insentif lari ke mana, dalam pasar oligopoli jangan sampai disalahgunakan pemodal besar," tegas dia.

Sambodo menambahkan, insentif pengembangan EBT harus dimanfaatkan betul karena akan menambah porsi penggunaan energi baru. Selain itu juga menumbuhkan investor baru yang bermain di sektor energi tersebut.

"Di satu sisi membuka pengembangan, di satu sisi memberi kemudahan yang baru agar mampu bersaing," tandasnya. (Pew/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya