Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengungkapkan, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk tidak impor bawang merah jika pasokan aman dalam tiga minggu ke depan. Kementerian Perdagangan menunggu kepastian dari Kementerian Pertanian (Kementan) mengenai kecukupan pasokan.
"Selama ini impor dari Thailand. Intinya untuk menekan harga kalau dalam tiga minggu ini ada potensi pasokan cukup maka tidak perlu impor. Kalau tidak ada pasokan kami harus impor," kata dia, di Jakarta, Jumat (5/6/2015).
Srie mengatakan, impor merupakan pilihan terakhir pemerintah. Lantaran, bawang merah tidak bisa disubtitusi. Kondisi itu berbeda halnya dengan cabai. "Karena cabai masih bisa disubtitusi, cabai kering, cabai botol. Jadi kalau cabai tidak perlu impor," ujarnya.
Selain itu, untuk melakukan impor pun Kementerian Perdagangan harus menunggu rekomendasi dari Kementerian Pertanian. "Kami menerbitkan Surat Persetujuan Impor (SPI) kalau ada rekomendasi Kementan. Kalau Kementan menjamin pasokan ada kenapa juga kita impor?" kata dia.
Srie menuturkan impor bukan merupakan hal yang tabu. Pasalnya, impor diperlukan untuk menjaga harga bawang merah. Dia mengatakan, impor dilakukan jika harga pasaran melebihi harga referensi yang telah ditetapkan.
Memang, saat ini harga pasaran bawang merah melebihi harga referensi. Dia bilang, harga referensi berada di level Rp 27.500 per kilogram (kg), sementara harga pasaran Rp 36.000 per kg.
"Nah, karena itulah kami akan hitung. Pada 2013 telah ada Peraturan Kementerian Pertanian bahwa kepastian bisa impor apabila harga pasaran di atas harga referensi. Sekarang sudah di atas harga referensi, sekarang sudah Rp 36.000 per kg. Tapi kami sampaikan, itu jadi opsi terakhir," tandas dia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan akan mengimpor sejumlah bahan pokok seperti cabai dan bawang merah. Langkah itu dilakukan mengingat kebutuhan besar. "Dua (cabai dan bawang merah) yang masih. Tapi kami lihat, artinya pemerintah melakukan impor jika diperlukan," ujar Rachmat.
Ia mengatakan, bila memang stok tidak cukup padahal kebutuhan sangat besar maka impor menjadi alternatif terakhir. Ditambah harga kebutuhan pokok tersebut sudah tinggi. "Kalau lihat harga terakhir, harga yang ada sekarang sudah melebih harga referensi. Putusannya harus impor," kata Rachmat.
Impor itu juga kemungkinan dapat dilakukan segera mungkin untuk menjaga harga sebelum puasa dan Lebaran. "Bisa saja menjaga harga sebelum puasa dan Lebaran. Karena tidak sekaligus impor. Itu barang masuk seminggu. (Amd/Gdn)
RI Punya Kesempatan Tak Impor Bawang Merah
Kementerian Perdagangan menjelaskan bahwa impor bukan merupakan hal yang tabu karena berguna untuk menjaga harga.
diperbarui 05 Jun 2015, 19:43 WIBBawang Merah
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
3 Resep Masakan Korea ala Rumahan yang Cocok Buat Lidah Orang Indonesia
Tipu Investor Kripto dengan Skema Ponzi, Pengusaha Terancam Penjara 330 Tahun
Pagi Ini, Kepala Daerah Terpilih Jalankan Gladi Pelantikan di Monas
10 Negara Bayar Gaji Pekerja Tertinggi di Dunia, Bisa Jadi Tujuan #KaburAjaDulu
Waskita Karya Jalankan Sejumlah Program Transformasi
Pantai Bama, Pesona Tersembunyi di Taman Nasional Baluran
Resep Telur Kecap: Hidangan Lezat dan Praktis untuk Sehari-hari
Waspada Apa Itu Passobis? Modus Penipuan Digital dengan Manipulasi Psikologis
18 Februari 2010: WikiLeaks Rilis Dokumen Pertama dari Chelsea Manning, Awal Mula Terungkapnya Rahasia Kelam Militer AS
Cristiano Ronaldo Bakal Ditemani Aktris Amerika Saat Berkunjung ke NTT
350 Kata-Kata Sendiri yang Inspiratif untuk Memotivasi Diri
Hasil LaLiga: Kalahkan Rayo Vallecano, Barcelona Gusur Real Madrid dari Puncak Klasemen