Wall Street Tergelincir Rilis Laporan Pekerjaan

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan terjadi penambahan 280 ribu pekerjaan pada Mei.

oleh Nurmayanti diperbarui 06 Jun 2015, 04:18 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Pasar saham Amerika Serikat (AS) masuk ke zona merah di akhir pekan ini, seiring rilis laporan pekerjaan pada Mei yang meningkat dan membuat keyakinan Federal Reserve (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunganya di tahun ini.

Melansir laman Wall Street Journal, indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 56,12 poin (0,3 persen) ke posisi 17.849,46. Sementara Indeks S & P 500 turun 3,01 poin (0,1 persen) ke posisi 2.092,83 dan Nasdaq naik 9,33 poin (0,2 persen) menjadi 5.068,46 poin.

Wall Street ditutup melemah karena laporan pekerjaan Mei menjadi bukti bahwa ekonomi AS keluar dari kemerosotan di kuartal pertama. Investor mengatakan kenaikan pekerjaan membuat Federal Reserve di jalur untuk mulai menaikkan suku bunga secepatnya pada September, berpotensi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen.

"Untuk ekonomi, intinya adalah bahwa (data pekerjaan) adalah angka yang bagus," kata Brent Schutte, Ahli Strategi Investasi Senior BMO Global Asset Management.

Namun dia menambahkan, ini juga membuat banyak pihak yakin The Fed akan menaikkan suku bunganya pada September dan dipastikan menjadi pukulan bagi pasar ekuitas dan pasar obligasi dalam jangka pendek.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan terjadi penambahan 280 ribu pekerjaan pada Mei, di mana tingkat pengangguran hanya naik sedikit menjadi 5,5 persen dibandingkan April 5,4 persen. Sebelumnya para ekonom memperkirakan jumlah pekerjaan baru akan bertambah 225 ribu bulan lalu dan tingkat pengangguran akan tetap tidak berubah.

Laporan pekerjaan memicu aksi jual meningkat di pasar obligasi, mengangkat yield obligasi 10-tahun ke posisi tinggi selama delapan bulan sebesar 2,402 persen dari 2,309 persen di hari sebelumnya. Ini adalah level penutupan tertinggi sejak 6 Oktober.

Banyak investor yang membentuk kembali portofolionya karena mereka percaya kenaikan imbal hasil obligasi mencerminkan membaiknya prospek ekonomi dan inflasi di AS dan Zona Euro.

"Kenaikan imbal hasil obligasi adalah proses alami dan itu adalah tanda bahwa ekonomi AS bergerak ke arah yang benar, '' kata Poul Kristensen, Manajer Portofolio Life Investment Management’s Strategic Asset Allocation and Solutions Group.

Beberapa indikator ekonomi menunjukkan ekonomi AS dan pertumbuhan laba korporasi tersandung pada kuartal pertama. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) ikut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dan menyerukan Federal Reserve untuk menunda kenaikan suku bunganya sampai 2016.(Nrm/Igw)


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya