Liputan6.com, Jakarta - Organisasi negara eksportir minyak dunia (OPEC) memutuskan untuk mempertahankan target produksi minyak sebesar 30 juta barel per hari dan memprediksi harga minyak akan tetap rendah hingga waktu yang tak ditentukan.
Itu merupakan kabar baik bagi negara-negara industri yang sangat membutuhkan minyak serta para konsumen lain.
Melansir laman The Herald, Sabtu (6/6/2015), OPEC mengatakan, produksinya akan tetap berada di level 30 juta barel per hari meskipun harga minyak kini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. OPEC memberikan keleluasaan pada seluruh anggotanya untuk membiarkan pasokan berlebih di pasar.
Selama ini, OPEC terkenal berperan penting dalam pengendalian harga dan pasokan dunia. Sementara itu produsen minyak non-OPEC siap meningkatkan produksi jika harga minyak kembali naik.
Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah al-Badri mengatakan, harga minyak akan relatif rendah sementara waktu. "Faktanya, kita tak bisa lagi melihat harga minyak melesat ke atas US$ 100 per barel," kata dia.
Menyusul pengumuman OPEC, harga minyak dunia justru turun US$ 1,62 ke level US$ 62,1 per barel. Angka yang masih jauh dari level tertinggi harga minyak di atas US$ 115 per barel pada 2014.
Meskipun OPEC memproduksi lebih dari sepertiga pasokan minyak dunia, tapi kekuatannya untuk menentukan permintaan dan kebutuhan pasar terkikis mengingat produsen minyak lain mulai ikut menguasai pasar.
Negara paling berpengaruh di OPEC, Arab Saudi kini tengah berusaha keras mempertahankan pasarnya melawan produksi minyak AS. Iran bahkan berencana meningkatkan produksi sebagai bentuk antisipasi pemanfaatan harga minyak rendah untuk menjual lebih banyak komoditas tersebut.
"OPEC menyadari bahwa ini saatnya bersaing secara kompetitif di pasar di mana para anggotanya juga saling bersaing dan bergabung melawan produksi minyak AS dan produsen lain di luar organisasinya," kata Analis di Alfa Energy, London, John Hall.
Al-Badri mengakui dulu OPEC hanya berurusan dengan berbagai indikator, bukan kuota, guna meningkatkan target produksinya. Sebaliknya, Arab Saudi dan Iran mengatakan, negaranya akan memproduksi minyak sesuai keputusan sendiri seperti dikatakan Menteri Perminyakan Arab Saudi.(Sis/Nrm)