Liputan6.com, Gunung Kidul - Tinggi rata-rata gelombang laut selatan diperkirakan mencapai 3 meter. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperkirakan kondisi seperti ini berlangsung hingga Sabtu (13/6/2015).
Kekuatan gelombang laut di perairan laut selatan ini membuat Direktorat Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta kesulitan berpatroli. Padahal, Indonesia tengah waspada akan masuknya imigran gelap.
"Gelombang laut selatan di DIY itu sangat besar sehingga menyulitkan petugas saat patroli," kata Wadir Polair Polda DIY, AKB Andreas Heri Susidarto, di Gunung Kidul, Minggu (7/6/2015).
Menurut dia, Polair yang ada di sepanjang pantai selatan tidak bisa melakukan patroli setiap saat. Mereka hanya patroli sesuai kebutuhan.
"Meski patroli pengamanan tidak intensif, kondisi perairan selatan sangat aman. Sejauh ini, tidak ada kasus pencurian ikan. Namun, petugas tetap mewaspadai kasus penyelundupan manusia," ujar Heri.
Dia mengatakan sepanjang pantai selatan DIY ada enam pos pengaman, yakni Sadeng di Kabupaten Gunung Kidul, Pos Parangtritis, Samas, Depok, dan Kulwaru di Kabupaten Bantul, serta Pos Congot di Kabupaten Kulon Progo.
"Berdasarkan perhitungan kebutuhan, jumlah pos Polair di pantai selatan DIY masih kurang. Misalnya di Gunung Kidul baru satu pos, idealnya membutuhkan tiga sampai empat pos pengamanan," kata dia.
Kondisi tersebut, lanjut Heri, juga menyulitkan nelayan saat menangkap ikan.
Sebelumnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang sering menjadi persinggahan perdagangan manusia atau imigran gelap. Terlebih, Indonesia dekat dengan Australia yang menjadi salah satu negara tujuan imigran gelap.
Kasat Polair Gunung Kidul Ajun Komisaris Iriyanto menjelaskan patroli laut memiliki tingkat kesulitan sendiri dibandingkan darat. Patroli laut diperlukan persiapan khusus.
"Untuk patroli laut diperlukan kesiapan yang matang seperti kondisi laut dan kapal itu sendiri," jelas Iriyanto.
Dia menuturkan ada tiga faktor yang membuat pengawasan masih terbatas, yakni, standarisasi kapal patroli, kapasitas bahan bakar hingga kebutuhan perlengkapan teknologi kekinian.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, pihaknya melakukan upaya di antaranya memanfaatkan informasi nelayan.
"Untuk kapal memang belum maksimal, kapasitas bensin 750 liter dan kami mengisi maksimal 600 liter. Dengan keterbatasan tersebut kita tidak bisa berlayar jauh," kata Iriyanto.
Dia mengatakan patroli yang selama ini dilakukan mencapai 12 mil melebihi kewenangan seharusnya yakni empat mil. "Untuk keamanan kami berani lebih jauh," tukas Iriyanto. (Ant/Bob)
Gelombang Laut Selatan Tinggi, Polair Yogya Sulit Patroli
Polair kesulitan patroli di tengah maraknya kasus imigran gelap.
diperbarui 07 Jun 2015, 10:24 WIBImigran gelap Afganistan dievakuasi menggunakan perahu nelayan di Desa Mimbo, Banyuputih, Situbondo, Jatim. Sebanyak 108 imigran terdampar di perairan laut Lempuyang.(Antara)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Saksikan FTV Kisah Nyata Sore Spesial di Indosiar, Selasa 7 Januari Via Live Streaming Pukul 15.00 WIB
Erick Thohir Mau Merger BUMN Lagi pada 2025, Targetnya?
Nvidia Umumkan GPU RTX 50 Series di CES 2025, Berapa Harganya?
VIDEO: Zendaya dan Tom Holland Dikabarkan Telah Bertunangan
Brasil Umumkan Indonesia Resmi Jadi Anggota BRICS, Ini Dampaknya
Sri Mulyani Usul Siswa SD Mulai Pelajari Saham, Ini Respons Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti
MNC Energy Investments Bakal Right Issue 20,19 Miliar Saham
Ciri Air Ketuban pada Ibu Hamil, Begini yang Normal
Media Belanda Tepis Rumor Louis van Gaal Jadi Direktur Teknik Timnas Indonesia
VIDEO: Tanggapan Soal Virus HMPV, Menkes: Buka Virus Baru, Sudah Lama Ada di Indonesia
Bocah 5 Tahun Diduga Dilecehkan oleh Remaja di Toilet Masjid, Polisi Amankan Pelaku
13 Destinasi Wisata di Curacao, Negara Kecil yang Kini Banyak Diperbincangkan