Liputan6.com, Jakarta - Paham radikalisme dianggap masih berkembang di Tanah Air. Penyebaran paham tersebut dinilai karena dipengaruhi letak geografis dan kultural wilayah RI.
"Saya menilai ada kaitannya karakter geografis dan kultural masyarakat kita, yang memang radikal dan kekerasan," ujar Mantan Rektor Universtitas Islam Negeri (UIN) Komarudin Hidayat di Jakarta, Minggu 7 Juni 2015.
Komarudin mencontohkan Australia, dulunya negara itu digunakan Inggris sebagai daerah pembuangan. Namun seiring waktu, negeri Kanguru itu akhirnya berkembang menjadi satu negara maju di dunia. Artinya, budaya masyarakatnya mengalami perubahan.
"Artinya ada suatu strategi kebudayaan yang berubah, tapi negara kita tradisi kekerasan masih justru menonjol. Sehingga itu sangat mudah dimasuki paham radikalisme," tutur Komarudin.
Begitu pun dengan Islam di Timur Tengah. Menurut Komarudin, di sana negara Islam terpecah menjadi 22 negara, tergantung dari kesultanan dan kekhalifahannya. Berbeda dengan Indonesia yang kesultanan dari Sabang sampai Merauke justru bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seharusnya, kata Komarudin, Indonesia bisa lebih kuat dalam menangkal setiap paham radikalisme, apalagi yang mengatasnamakan Islam. Intinya lahan yang ada di wilayah RI harus digemburkan untuk menyuburkan dan memperkuat Islam itu sendiri.
"Itu bisa berjalan bila ada kepastian hukum, konstitusi, perdamaian," pungkas Komarudin.
Sementara mantan Menteri Agama Alwi Shihab mengatakan, dalam ajaran Islam sesungguhnya tidak ada paham radikalisme, melainkan mengajarkan perdamaian. Karena itu, sangat tidak tepat apabila Islam dikaitkan dengan aksi terorisme atau radikalisme, pun kekerasan.
"Inti dari ajaran Islam sendiri adalah cinta dan identik dengan perdamaian, banyak orang yang lupa soal itu," tegas dia.
Namun, menurut Alwi, paham radikalisme itu sendiri tumbuh dalam kelompok-kelompok tertentu, yang kemudian berkembang menjadi organisasi yang berbahaya.
"10 Tahun lalu kita tidak pernah membayangkan lahirnya kelompok radikalisme, terutama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka telah mencederai Islam, sehingga kita tidak boleh tinggal diam untuk menangkal gerakan mereka. Mereka ancaman nyata dan sudah menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah," pungkas Alwi. (Rmn/Tho)
Karakter Geografis-Kultur Budaya RI Pemicu Tumbuhnya Radikalime?
Mantan Menteri Agama Alwi Shihab mengatakan, ajaran Islam sesungguhnya tidak ada paham radikalisme, melainkan perdamaian.
diperbarui 08 Jun 2015, 06:29 WIBIlustrasi ISIS
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Manchester United Ganti Zirkzee dengan Striker Prancis di Januari 2025
KISI Asset Management Incar Dana Kelolaan Rp 4,5 Triliun pada 2025
Potret Kakak J-Hope BTS ke India, Tampil Memukau Pakai Salwar Kameez dan Jhumka
Pertamina Patra Niaga Sumbagut Siagakan Satgas Nataru Amankan Distribusi BBM dan LPG
VIDEO: Klarifikasi Toko Kue Usai George Sugama Aniaya Karyawan, Keluarga Pernah Jadi Korban
Viral Sebutir Telur Ayam Bulat Sempurna Ini Dijual Rp 4 Juta, 'Satu dari Satu Miliar'
Melalui Sekolah Siaga, Remaja Indonesia Dibekali Kesadaran Kependudukan
Refleksi Olla Ramlan untuk Tahun 2024, Memilih Lingkaran Pertemanan yang Baik
Mengenal Ciri Ciri Novel: Panduan Lengkap untuk Memahami Karya Sastra Populer
Ciri Kebahasaan Teks Diskusi: Panduan Lengkap untuk Memahami dan Menganalisis
Kredit Macet 1,09 Juta UMKM Bakal Hapus Mulai Januari 2025
Pencegahan Harun Masiku Berakhir Sejak 13 Januari 2021, Imigrasi: Kita Tetap Pantau