Liputan6.com, Jakarta - Sejak dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 29 April 2015, realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai 40 ribu unit. Angka itu berdasarkan jumlah realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi di Bank Tabungan Negara (BTN) hingga akhir Mei 2015.
Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Maurin Sitorus mengungkapkan 40 ribu unit KPR yang sudah dalam proses akad kredit tersebut, terdapat juga 10 ribu aplikasi pengajuan KPR bersubsidi yang sedang diproses.
"Antusiasme masyarakat terhadap program ini cukup tinggi, sehingga selain BTN ke depan kami akan menjalin kerjasama dengan bank lain terutama bank pembangunan daerah untuk memperluas jangkauan penyaluran KPR bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah ini," ungkap Maurin saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (9/6/2015).
Guna mendukung pencapaian target satu juta rumah pada tahun ini, pemerintah telah melakukan beberapa terobosan diantaranya memberikan skema uang muka 1 persen dan suku bunga KPR bersubsidi sebesar 5 persen dengan tenor panjang hingga 20 tahun. Selain bantuan uang muka sebesar Rp 4 juta per rumah.
Percepatan di daerah
Provinsi Banten menjadi daerah pertama yang mengimplementasikan secara nyata program sejuta rumah melalui pencanangan pembangunan yang dilakukan Plt Gubernur Banten Rano Karno di Tangerang, pekan lalu.
Ketua DPD REI Banten Soelaeman Soemawinata mengatakan tahun ini sebanyak 12 ribu unit rumah bersubsidi akan dibangun di Banten, dengan harga Rp 100 jutaan.
Advertisement
Lokasi perumahan murah tersebut tersebar di beberapa kota/kabupaten seperti Serang, Maja, Lebak, Serpong, dan daerah lainnya di Provinsi Banten. Tahap awal akan diluncurkan 5.000 runit rumah. Terdiri dari 4.000 unit rumah tapak (landed house) dan 1.000 unit rusunami.
Data Badan Penyelenggara Jaminaan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Provinsi Banten menyebutkan dari satu juta peserta BPJS di daerah ini, 50 persen adalah masyarakat berpenghasilan rendah, dan 25 persen dari jumlah itu belum punya rumah.
"Bila data itu benar, berarti Banten butuh 250 ribu unit rumah. Tapi ini butuh pemetaan lebih lanjut," ungkap dia.
Soelaeman menambahkan, percepatan pembangunan perumahan di Banten memerlukan treatment khusus. Karena bila dilakukan secara sporadis dan sendiri-sendiri akan sulit bergerak dan mencapai target yang dicanangkan, sehingga dibutuhkan driver terutama dari asosiasi perusahan properti.
"Saat ini baru lima pengembang yang ikut serta, namun kami akan mendorong lebih banyak lagi pengembang di Banten masuk mendukung program tersebut," kata Soelaeman saat berbincang dengan Liputan6.com.
Reporter: Muhammad Rinaldi
(Rinaldi/Ndw/Gdn)