Liputan6.com, Jakarta - Posisi penjaga gawang jarang mendapat apresiasi atas permainannya. Bahkan posisi ini kerap menjadi kambing hitam bagi kekalahan timnya. Hanya 'Si Laba-Laba Hitam' Lev Ivanovich Yashin yang lebih dikenal sebagai Lev Yashin, yang pernah menyabet pemain terbaik.
Akan tetapi, semakin hari dengan mulai munculnya modernisasi sepakbola dari segi taktikal membuat peran penjaga gawang juga bertransformasi. Saat ini mulai marak penjaga gawang tidak hanya bertugas untuk agar gawang timnya tidak kemasukan gol, tetapi juga menjadi penyapu bola sebagai bek tengah ketiga tetapi juga menjadi alternatif memulai serangan dari lini pertahanan, maka munculah istilah Sweeper Keeper.
Memang bukan kosa kata baru, akan tetapi dengan mulai modernnya taktik dan perubahan fungsi posisi seperti yang dialami oleh pemain selain penjaga gawang. Seperti Ball-Playing Defender dimana seorang bek tengah yang mendapatkan peran untuk mengalirkan bola, ataupun Deep Lying Playmaker yang tidak hanya bertugas untuk memenangkan duel lini tengah dengan tenaganya akan tetapi juga mampu mengirimkan umpan lambung langsung ke jantung pertahanan.
Lain lagi dengan peran Defensive Forward yang berperan penting bagi tim yang mengandalkan serangan balik, penyerang tipe ini tidak hanya bertugas membantu pertahanan tetapi juga menjadi pemantul bola bagi rekan-rekannya.Karena hal tersebut lah, Maka para penjaga gawang pun ikut bertransformasi mendapatkan peran yang baru.
Liga top Eropa sudah berakhir dan memunculkan juaranya. Diantara tim-tim tersebut bahkan peran penjaga gawang termasuk signifikan dan menjadi salah satu kunci mengapa tim tersebut berhasil meraih gelar juara.
Berikut rapor 3 penjaga gawang terbaik liga top Eropa musim lalu: Claudio Bravo yang meraih Ricardo Zamora Trophy, Manuel Neuer yang menjadi penjaga gawang tim terbaik Bundesliga 2014-2015 dan David De Gea yang terpilih sebagai penjaga gawang PFA Team of Year.
Claudio Bravo
Claudio Bravo
Seiring dengan keputusan Victor Valdes untuk tidak memperbaharui kontraknya bersama FC Barcelona pada 31 Mei 2014, maka tim yang bermarkas di Nou Camp ini memutuskan untuk merekrut penjaga gawang baru. Penjaga gawang potensial asal Jerman Marc Andre Ter-Stegen dipilih menjadi suksesor Valdes di bawah mistar Los Cules.
Dan pada 18 Juni 2014 penjaga gawang asal Chile, Claudio Bravo menandatangani kontrak empat tahun bersama Barcelona dengan nilai transfer sebesar 12 Juta Euro, kala itu dirinya diproyeksikan sebagai pelapis sepadan Ter-Stegen.
Namun nyatanya seiring musim berjalan pemain bernama lengkap Claudio Andres Bravo Munoz ini justru menjadi pilihan utama Luis Enrique untuk mengawal gawang sepanjang La Liga musim 2014/2015. Bravo hanya melewatkan 1 pertandingan sepanjang musim, atau dengan kata lain, Bravo mengawal gawang Barcelona sebanyak 37 pertandingan.
Dirinya hanya absen dari starting line-upkala Barcelona berhadapan dengan Deportivo La Coruna pada pertandingan terakhir musim ini yang juga merupakan pertandingan terakhir Xavi Hernandez untuk El Barca.
Mantan penjaga gawang Real Sociedad ini mencatatkan 23 clean sheets dengan rataan kebobolan 0,51 gol per pertandingan. Bravo yang pernah menciptakan 1 gol bersama Real Sociedad ketika berhadapan dengan Gimanstic de Tarragona ini berhasil menjaga gawangnya tetap perawan sepanjang 754 menit, yang menjadi catatan terbaik di La Liga musim ini.
Yang menjadi kelebihan Bravo musim ini dalam menjaga gawang adalah keahliannya meninju bola. Dia mencatatkan 22% keberhasilan meninju bola musim ini. Dan dengan hanya kebobolan 19 gol sepanjang musim ini, maka tak salah ketika dirinya meraih penghargaan Ricardo Zamora Trophy yang merupakan penghargaan bagi penjaga gawang terbaik La Liga musim ini.
Advertisement
Manuel Neuer
Manuel Neuer
Ranah Jerman seakan tidak pernah habis akan penjaga gawang berkualitas. Mulai Harald Schumacher, Bret Trautmann, Sepp Maier, Andreas Kopke, Oliver Kahn hingga saat ini Manuel Neuer. Bahkan, sudah muncul nama Marc Andre Ter-Stegen yang disebut sebut sebagai pewaris tahta penjaga gawang Die Nationalmanschaft, sebutan tim nasional Jerman.
Manuel Peter Neuer, kelahiran Gelsenkirchen 27 maret 29 tahun lalu ini disebut-sebut sebagai penjaga gawang terbaik dunia saat ini. Tinggi besar, jangkauan tangan yang lebar, reflek yang bagus, dan distribusi bola yang akurat menjadi kelebih penjaga gawang yang memulai karir profesionalnya bersama Schalke 04 ini.
Di usianya yang belum mencapai 30 tahun, berbagai gelar sudah pernah diraihnya termasuk 6 major trophiesbersama FC Holywood julukan Bayern, pada musim 2012-2013. Pada musim tersebut, dirinya meraih gelar Bundesliga, DFB Pokal, DFL Supercup, UEFA Supercup, UEFA Champions League, dan FIFA Club World Cup. Ditambah dirinya termasuk kedalam bagian tim Jerman yang memenangkan Piala Dunia Brasil tahun lalu.
Meskipun Bayern tidak se-superior dua musim ke belakang dikarenakan banyak pemain yang cedera dan belum sesuainya sistem yang diterapkan Pep Guardiola di Allianz Arena kepada para pemain, Manuel Neuer tetap tangguh di bawah mistar gawang tim yang menanggalkan nomor punggung 12 sebagai penghormatan kepada supporter ini.
Sepanjang musim lalu, penjaga gawang yang meraih penghargaan pemain terbaik Jerman 2014 ini bermain sebanyak 32 kali, menciptakan 20 clean sheets dengan rataan kebobolan sebesar 0,56 gol per pertandingan.
Perannya sebagai Sweeper Keeper musim ini bahkan lebih kentara dibandingkan musim-musim sebelumnya. Pada musim ini Neuer tidak hanya berhasil mematahkan 8 upaya penyerangan melaui tekel tetapi juga mencatatkan 86,5 persen operan sukses yang membuat distribusi bola Neuer adalah yang tertinggi yaitu 89 persen. Penampilan terburuk Neuer musim ini adalah ketika FC Bayern dihajar 1-4 oleh Wolfsburg pada 30 Januari 2015.
David De Gea
David De Gea
Banyak pihak menyebutkan, andaikan penjaga gawang Manchester United bukan David De Gea, mungkin saja United akan kebobolan banyak gol dalam setiap pertandingan. Anggapan ini sah-sah saja.
Dari 29 defensive error yang dilakukan pertahanan United hanya 5 yang berbuah menjadi gol. Dengan lini pertahanan yang kacau balau, De Gea berkali-kali menjadi juru selamat United, yang membuatnya mendapatkan penghargaan pemain terbaik Manchester United dua musim beruntun.
Penjaga gawang yang sempat mengidap Hyperopia ini, kembali tampil menakjubkan di bawah mistar The Red Devils, Julukan United. Meskipun hanya mencatatkan 11 clean sheet, dirinya berhasil melakukan 2,11 penyelamatan dalam setiap pertandingan dengan tambahan 2,17 penyelamatan per gol sepanjang musim ini.
Salah satu penyelamatan yang fenomenal adalah ketika dirinya berhasil mengehentikan upaya Raheem Sterling ketika sudah berhadapan satu lawan satu pada Derby North-West 14 Desember 2014 yang dimenangkan United dengan skor 3-0.
De Gea bahkan mengubah kelemahanya menjadi kekuatan dimana dirinya mencatatkan rataan kesuksean memotong umpan silang sebesar 94 persen. Padahal ini adalah kelemahan De Gea sejak dirinya mendarat di Manchester pada 2011.
Keunikan De Gea dalam menjaga gawang adalah dirinya aktif menggunakan kedua kakinya untuk menghalau bola, salah satu contohnya adalah ketika dirinya menghentikan sepakan Xabi Alonso di perempat final Liga Champions Eropa dua musim lalu. dengan posturnya yang ramping dan lentur juga membuat jangkauan De Gea menjadi nilai tersendiri dalam mementahkan serangan lawan.
Dengan koordinasi lini belakang yang rapuh dan membuat kekasih dari penyanyi Edurne Garcia ini harus berjuang ekstra dalam setiap pertandingan dan kerinduannya akan tanah Spanyol, maka kepindahan De Gea ke Real Madrid mungkin hanya tinggal menunggu waktu.
Perubahan peran dan fungsi penjaga gawang ini bisa saja menciptakan dimensi baru dalam sepakbola modern, membuat penjaga gawang tidak hanya terpaku di bawah mistar saja. Tetapi juga benar benar terlibat dalam permainan tim, mulai dari menghalau serangan, mengatur tempo hingga membangun serangan dari belakang.
Bukan tidak mungkin dalam beberapa waktu ke depan bisa saja muncul nama penjaga gawang sebagai pemain terbaik dunia. Bukankah Manuel Neuer saja berhasil menembus 3 besar penghargaan tersebut pada periode lalu?
Advertisement
Grafis
(Aun Rahman - Labbola)