Dibombardir Hacker Suriah dan China, AS Darurat Cyber

Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Obama merilis pernyataan resmi yang mengatakan, "Ini merupakan serangan terhadap bangsa."

oleh Adhi Maulana diperbarui 09 Jun 2015, 14:00 WIB
Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Obama merilis pernyataan resmi yang mengatakan, "Ini merupakan serangan terhadap bangsa."

Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan cyber Amerika Serikat tengah mengalami ujian berat. Angkatan Darat AS dipaksa menutup laman resminya (army.mil) setelah diretas Syrian Electronic Army atau Pasukan Elektronik Suriah yang membekingi Presiden Bashar al-Assad.

"Angkatan darat menempuh langkah-langkah pencegahan dengan menutup laman untuk sementara, guna memastikan tidak ada data yang bisa diterobos," tegas Kepala Humas Angkatan Darat AS Brigadir Jenderal Malcolm Frost dikutip dari laman BBC, Selasa (9/6/2016).

Ini merupakan serangan kedua yang dialami Pemerintah AS dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, kurang lebih sepekan lalu, kelompok hacker yang isunya dipayungi oleh Pemerintah China dikabarkan berhasil menggondol 4 juta data pegawai Pemerintahan AS dari sistem komputasi Office of Personnel Management (OPM), alias Kantor Personalia Pemerintahan AS.

Akibat dua serangan ini, Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Obama merilis pernyataan resmi yang mengatakan, "Ini merupakan serangan terhadap bangsa."

Berbeda dengan Syrian Electronic Army yang mengklaim serangan atas situs Angkatan Darat AS, Pemerintah China justru mengaku tak bertanggung jawab atas pencurian data yang terjadi.

"Serangan cyber umumnya anonim dan dilakukan lintas batas, yang menyebabkan asal-usul pelaku sulit dilacak," ungkap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei.

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya