Sri Mulyani: Sektor Energi Kunci Kurangi Angka Kemiskinan

Sektor energi adalah potensi besar dalam mengurangi kemiskinan sekaligus menciptakan pertumbuhan hijau.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Jun 2015, 15:31 WIB
Sri Mulyani (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia (World Bank) menyoroti tiga bidang yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi sebuah negara secara inklusif dan ramah lingkungan. Salah satunya sektor energi yang berpotensi besar guna mengurangi angka kemiskinan sekaligus menciptakan pertumbuhan hijau.

Managing Director and Chief Operating Officer World Bank Group, Sri Mulyani Indrawati menuturkan, sektor pertama, energi yang harus diproduksi secara bersih dan efisien.

Kedua, mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab. Ketiga, perlu kebijakan baik dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan kepemimpinan tidak takut untuk melakukan pembaharuan.

"Sektor energi adalah potensi besar dalam mengurangi kemiskinan sekaligus menciptakan pertumbuhan hijau. Tanpa akses listrik, ibu dan anak-anak harus jalan berjam-jam untuk mengambil air, klinik tidak bisa simpan vaksin, anak-anak tidak bisa menyelesaikan tugas sekolah di malam hari. Pengusaha tidak dapat menjalankan usaha secara kompetitif dan negara tidak bisa memperkuat ekonominya," jelas dia di Jakarta, Selasa (9/6/2015).

Di Afrika contohnya, sambung Sri, ada tantangan atau ketimpangan penyediaan akses listrik yang sangat besar. ‎Di Ethiopia sekira 68 juta jiwa dari 91 juta orang penduduknya masih hidup dalam kegelapan.

"Warga orang mampu kini dapat akses listrik lebih cepat dibanding sebelumnya. Ini berita baik, namun hampir 3 miliar orang masih memasak dengan bahan bakar yang menimbulkan polusi, seperti minyak tanah, kayu, arang, kotoran sapi dan lainnya," ujar dia.

Guna mengatasinya, Sri mengaku, pembangkit listrik terbarukan dan peningkatan efisiensi energi harus dimaksimalkan. Di Indonesia, tambah dia, batu bara merupakan lebih dari setengah bauran energi. Tapi negara ini punya 40 persen potensi sumber daya panas bumi dunia.

Jika dikelola baik, dinilainya akan membantu target pemerintah untuk melipatgandakan energi terbarukan untuk pembangkit listrik menjadi 23 persen dalam 10 tahun.

"Meningkatkan bauran energi dapat mengurangi risiko fiskal, seperti Turki dan Thailand yang masing-masing secara drastis mengurangi impor minyak bumi. Saat ini ketergantungan pada produk minyak bumi di Thailand sudah berkurang dari dua pertiga menjadi sepertiga‎. Saat ini gas alam menempati hampir setengah bauran energi," jelas dia.

Dalam hal ini, kata Sri, perlu ditopang dengan pembangunan infrastruktur hijau. Dia mengaku, Asia Timur contohnya membutuhkan investasi infrastruktur sebesar US$ 8 triliun sampai 2020. Begitupula di Indonesia, kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur sangat besar dan mendesak.

"Kami di Bank Dunia membantu kesenjangan demi mendukung negara-negara mencapai potensi maksimal mereka. Kami memusatkan perhatian pada investasi infrastruktur di seluruh dunia, menyusun proyek-proyek yang bankable dan menarik bagi investor," tegasnya. (Fik/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya