Liputan6.com, Solo - Keluarga besar dua calon pengantin Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda baru saja menyelesaikan prosesi midodareni di kediaman orangtua Selvi, Didit Supriadi-Sri Partini di Jalan Kutai Raya, Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Acara adat tersebut usai sekitar pukul 21.00 WIB tadi.
Setelah acara, Rabu (10/6/2015), pihak keluarga Selvi memberi angsul-angsul atau buah tangan kepada calon menantunya, Gibran. Buah tangan itu merupakan 'balasan' atas seserahan yang dibawa pihak Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi, saat bertandang ke kediaman keluarga Selvi dalam malam midodareni.
Advertisement
Buah tangan yang diberikan keluarga Selvi itu berupa sejumlah makanan. Seperti buah-buahan yang ditaruh dalam sangkar, kue-kue yang disimpan dalam toples, dan sejenis pakaian yang dibungkus dalam kotak.
Angsul-angsul itu merupakan bagian akhir dari malam midodareni menjelang akad nikah esok harinya. Dalam malam midodareni ini, pihak keluarga Gibran tanpa didampingi Jokowi dan Iriana datang dengan membawa seserahan.
Saat pelaksanaan midodareni, orangtua calon pengantin pria memang tak mendampingi dan diwakilkan oleh pihak keluarga yang sudah ditunjuk.
Pihak keluarga Gibran datang ke kediaman Selvi dengan berjalan kaki. Putra sulung Presiden memilih berjalan kaki karena rumah Jokowi yang berada di Jalan Kutai Utara, Sumber, Banjarsari hanya berjarak beberapa ratus meter saja. Mereka tiba sekitar pukul 19.00 WIB.
Barang-barang dalam seserahan yang dibawa rombongan keluarga Gibran itu di antaranya tas warna putih, peralatan make up, sepatu, parfum, buah, pakaian, perhiasan, jaddah (wajik dari ketan) warna putih dan merah jambu, dan lain-lain.
Dalam malam midodareni ini, rombongan keluarga Gibran yang laki-laki mengenakan beskap landung warna cokelat muda, sedangkan yang perempuan mengenakan kebaya dengan warna yang berbeda.
Prosesi Nyantrik
Selain seserahan, dalam midodareni ini, Gibran dan Selvi juga menjalani nyantrik atau jonggolan. Jonggol berarti datangnya calon pengantin pria ke calon mertua. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka.
Dengan begitu, nyantrik atau jonggolan dapat diartikan untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya.
Makna Malam Midodareni
Inti prosesi malam midodareni ini adalah untuk melakukan serah-serahan berupa hantaran dari keluarga calon pengantin pria ke calon mempelai putri, perkenalan antarkedua keluarga besar, dan nasehat dari orang tua calon pengantin perempuan kepada calon menantu yang biasa disebut Sabdo Tomo.
Midodareni berasal dari kata dasar 'widodari'. Dalam bahasa Jawa, 'widodari' berarti bidadari, yang merupakan putri dari surga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.
Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin perempuan, untuk menyempurnakan dan mempercantik pengantin wanita.
Dalam malam midodareni yang biasanya dilaksanakan antara pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 24.00 nanti ini, kedua calon pengantin (Gibran-Selvi) juga tidak boleh tidur. (Ger/Ans)